Selasa 18 Oct 2022 12:51 WIB

KNKT Ungkap Penyebab Kecelakaan Maut Truk Pertamina di Cibubur

Persediaan udara tekan di tabung rem berada di bawah ambang batas.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ilham Tirta
Sejumlah Petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) beserta pihak terkait memeriksa kondisi kendaraan truk pengangkut bahan bakar miyak (BBM) yang mengalami kecelakaan di halaman Polres Metro Bekasi Kota, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/7/2022). Kecelakaan yang terjadi pada Senin (18/7/2022) lalu di Jalan Transyogi Cibubur dan menewaskan 11 orang tersebut kini kasusnya ditangani Satlantas Polres Metro Bekasi Kota.
Foto: ANTARA/Suwandy
Sejumlah Petugas Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) beserta pihak terkait memeriksa kondisi kendaraan truk pengangkut bahan bakar miyak (BBM) yang mengalami kecelakaan di halaman Polres Metro Bekasi Kota, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (19/7/2022). Kecelakaan yang terjadi pada Senin (18/7/2022) lalu di Jalan Transyogi Cibubur dan menewaskan 11 orang tersebut kini kasusnya ditangani Satlantas Polres Metro Bekasi Kota.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengungkap penyebab kecelakaan truk trailer tangki Pertamina pada 18 Juli 2022 di Jalan Transyogi Cibubur. Plt Kepala Sub Komite Investigasi Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan mengatakan, ada kegagalan pengereman yang dialami kendaraan tersebut.

"Berdasarkan hasil investigasi dan analisis dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya kecelakaan tabrakan beruntun ini adalah truk trailer tangki mengalami kegagalan pengereman," kata Wildan dalam konferensi pers di Gedung KNKT, Selasa (18/10/2022).

Baca Juga

Dia menjelaskan, kegagalan pengereman tersebut terjadi karena persediaan udara tekan di tabung berada di bawah ambang batas. Kondisi tersebut menurutnya membuat truk tidak cukup kuat melakukan pengereman.

Wildan menjelaskan, penurunan udara tekan tersebut dipicu oleh dua hal. Pertama, kata dia, kebocoran pada solenoid valve klakson tambahan dan kedua travel stroke kampas rem.

"Resultante dua hal ini memaksa pengemudi melakukan pengereman berulang kali saat menghadapi gangguan lalu lintas karena rem tidak pakem dan mempercepat berkurangnya angin pada tabung angin," jelas Wildan.  

Wildan menambahkan, pengemudi juga sudah merasakan rem kurang pakem atau tidak efektif sejak berada di jalan tol. Hal tersebut disebabkan travel stroke terlalu jauh atau kampas remrem sudah tipis.

Wildan menuturkan, kondisi tersebut akan menyebabkan rem menjadi kurang pakem dan penggunaan angin menjadi boros atau angin ceat habis. 

Pada Senin, (18/7/2022), truk tangki itu menabrak empat mobil penumpang dan 10 sepeda motor yang sedang berhenti di lampu merah. Sebanyak 10 orang meninggal dunia, lima orang luka berat, dan satu orang luka ringan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement