Senin 17 Oct 2022 16:38 WIB

Eksepsi Ferdy Sambo Berisi Peristiwa Kekerasan Seksual Brigadir J Terhadap Putri

Pengacara Ferdy Sambo memulai eksepsi dari peristiwa di Malang.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Indira Rezkisari
Terdakwa kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nopriansyah Yosua Hutabarat serta ?obstruction of justice? atau menghalangi proses hukum, Ferdy Sambo tiba dalam sidang lanjutan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Jakarta, Senin (17/10/2022). Sidang lanjutan tersebut beragendakan pembacaan eksepsi atau nota keberatan terhadap dakwaan Jaksa Penuntut Umum.
Foto:

Arman melanjutkan eksepsinya dengan menjelaskan, pada Selasa (5/7/2022), sekitar pukul 18.00 WIB Putri Candrawathi, Brigadir J, bersama Bharada RE, dan Susi bertemu dengan Bripka RR yang menjemput Tribrata Putra Sambo di Ambarukmo Plaza. Tribrata Putra adalah anak Sambo yang baru tiba dari Jakarta dan akan kembali masuk sekolah di SMA Taruna Nusantara di Magelang.

Selanjutnya, usai penjemputan itu rombongan kembali tiba ke rumah Magelang sekitar pukul 23.00 WIB. Tak lama rombongan tersebut tiba di rumah Magelang, Ferdy Sambo, bersama ajudannya Deden, pun tiba di rumah Magelang, dari Semarang.

Pada Rabu (6/7/2022), kembali Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi mengantarkan Tribrata Putra untuk ke SMA Taruna Nusantara. Rombongan itu menggunakan Lexus B 1 MAH yang disopiri Bripka RR. Malam hari setelah itu, menjelang Kamis (7/7/2022) dini hari, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi merayakan hari ulang tahun pernikahan yang ke-22.

Perayaan hari ulang tahun itu, diikuti oleh semua yang ada di rumah Magelang. Bahkan dikatakan dalam eksepsi, Ferdy Sambo turut serta membawa rekannya, bernama Hadi. Acara perayaan hari ulang tahun tersebut dirayakan sampai subuh hari. Itu dilakukan untuk membuang waktu, karena pada Kamis (7/7/2022) pagi, Ferdy Sambo harus kembali ke Jakarta. Pada pukul 05.00, Ferdy Sambo, bersama ajudannya Deden, menggunakan Batik Air kembali ke Jakarta.

Ganti hari pada Jumat (8/7/2022) dalam eksepsi diceritakan Bripka RR dan Bharada RE mengantarkan sejumlah barang-barang kebutuhan anak Sambo yang bersekolah di SMA Taruna Nusantara. Keduanya berangkat dari rumah Magelang sekitar pukul 17.30 WIB menggunakan Lexus RX 300 L 1973 ZX.

“Sehingga yang tertinggal di rumah Magelang, adalah Putri Candrawathi, asisten rumah tanggal Susi, Brigadir J, dan Kuat Maruf,” kata Arman dalam eksepsi.

Sekitar pukul 18.00 WIB, disebutkan dalam eksepsi terjadi peristiwa muasal kekerasan seksual tersebut. Dikatakan pada saat itu Putri Candrawathi yang sedang tidur di kamarnya, terbangun tiba-tiba setelah mendengar pintu kaca kamar pribadinya terbuka. Pintu kaca tersebut adalah pintu yang memberikan sekat batas antara tangga paling atas dengan lantai 2.

“Saat itu Putri Candrawathi mendapati Brigadir J yang telah berada di kamar. Tanpa mengucapkan apapun, Brigadir J membuka secara paksa pakaian yang dikenakan oleh Putri Candrawathi dan melakukan kekerasan seksual terhadap Putri Candrawathi,” kata Arman dalam eksepsinya.

Dikatakan Putri Candrawathi yang pada saat itu mengalami sakit kepala dan merasa tak enak badan, kedua tangannya dipegang oleh Brigadir J. “Putri Candrawathi secara tidak berdaya hanya dapat menangis ketakutan, dan dengan tenaga lemah berusaha untuk memberontak,” kata Arman.

Saat kejadian dari lantai 2 terdengar seseorang yang hendak naik. Brigadir J dikatakan mengalami panik dan meminta tolong kepada Putri Candrawathi.

“Tolong Bu… Tolong Bu,” kata Brigadir J kepada Putri Candrawathi. Selanjutnya Brigadir J menutup pintu kayu berwarna putih.

“Brigadir J memaksa Putri Candrawathi berdiri agar dapat menghalangi orang yang akan naik ke lantai 2 tersebut,” kata Arman membaca eksepsi. Akan tetapi, Putri Candrawathi menolak desakan Brigadir J itu dengan cara menahan badannya.

“Kemudian Brigadir J membanting tubuh Putri Candrawathi ke kasur, dan kemudian kembali memaksa Putri Candrawathi untuk berdiri sambil mengancam. ‘Awas kalau kamu bilang sama Ferdy Sambo. Saya tembak kamu, Ferdy Sambo, dan anak-anak kamu’.”

Karena dikatakan sudah dalam kondisi tak berdaya, dan tak mampu berdiri, Brigadir J kembali membanting Putri Candrawathi ke kasur. Brigadir J memaksa Putri Candrawathi kembali beridiri di depannya dan memaksa keluar kamar. Putri Candrawathi berusaha untuk mencari pertolongan dengan sengaja menyenggol keranjang tumpukan pakaian. Putri Candrawathi pun menendang-nendang kakinya ke pintu kaca dengan harapan ada yang mendengar. Namun dikatakan tak ada yang mendengar.

Selanjutnya, dikatakan dalam eksepsi, Kuat Maruf yang sedang merokok di teras depan jendela rumah tak sengaja melihat Brigadir J turun mengendap-endap. Dikatakan Arman dalam eksepsinya, Kuat mengaku melihat gelagat Brigadir J itu tak wajar.

Apalagi, aturan keluarga tersebut melarang ajudan masuk ke lantai 2 tanpa permisi. Karena itu Kuat berusaha untuk mengampiri Brigadir J. Tetapi, dikatakan Brigadir J menghindar. “Bahkan Brigadir J lari,” begitu kata Arman dalam eksepsinya. Melihat situasi tersebut, kata Arman, Kuat meminta Susi untuk mengecek kondisi Putri Candrawathi yang berada di lantai 2.

“Kemudian Susi mendapati Putri Candrawathi yang sudah dalam kondisi terlentang di depan kamar mandi dengan tidak berdaya dan hampir pingsan,” begitu dikatakan dalam eksepsi. Setelah itu Kuat berinisiatif untuk melakukan penjagaan akses menuju ke lantai 2 untuk mencegah siapapun naik. Termasuk Brigadir J.

“Karena Kuat Maruf melihat usaha Brigadir J untuk kembali ke lantai 2,” begitu kata Arman.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement