Kamis 13 Oct 2022 05:33 WIB

Brigjen Agus Erwan Tanggapi Pasukan Kavaleri Berkuda Jarang Ikut Perang

Pasukan berkuda efektif dalam perang gerilya atau patroli di perbatasan negara.

Personel Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud)/Bala Turangga Cakti.
Foto: Dok Dispenad
Personel Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud)/Bala Turangga Cakti.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) memiliki Detasemen Kavaleri Berkuda (Denkavkud)/Bala Turangga Cakti. Sayangnya, selama ini, masyarakat jarang melihat personel Denkavkud dikerahkan dalam operasi maupun latihan perang.

Direktur Pembinaan Kesenjataan (Dirsen) Pussenkav Kodiklatad, Brigjen Agus Erwan menjelaskan, dalam sejarah memang menunjukkan pasukan berkuda sangat efektif di medan tertentu. Ketika Indonesia menghadapi perang gerilya dan negara agresor sangat kuat, sambung dia, salah satu pasukan pendukung efektif adalah pasukan berkuda.

Hanya saja, karena Indonesia masih negara aman dan berdaulat maka memang belum ada pengerahan pasukan berkuda. Yang terjadi adalah, Pussenkav bertugas untuk melakukan pembinaan agar sewaktu-waktu pasukan berkuda siap ditugaskan dalam misi tertentu.

"Sejauh ini, karena perang itu belum terjadi maka kita melakukan penyiapan. Dalam konteks negara masih aman maka penggunaan-penggunaan itu banyak digunakan untuk protokoler, baik untuk menyambut kepala negara asing, baik untuk upacara kenegaraan," kata Agus dalam webinar Tantangan Kavaleri dan Perang Modern yang diadakan ISDS di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Menurut Agus, dengan kondisi seperti sekarang maka sangat memungkinkan bagi Mabes TNI untuk mengerahkan pasukan berkuda di perbatasan. Hal itu lebih efektif dalam melakukan patroli daripada prajurit harus berjalan di wilayah perbatasan negara. Sehingga, memang kehadiran pasukan berkuda dibutuhkan dalam kondisi tertentu.

"Sebetulnya pengerahkan pasukan kavaleri berkuda itu seperti di daerah perbatasan itu lebih mudah. Kemudian di patroli ada kombinasi sesungguhnya di daerah tertentu sesungguhnya kendaraan tempur, baik tank maupun panser itu tidak bisa bermanuver, dalam kondisi seperti itu dalam kondisi tertentu tank dan panser tidak bisa masuk maka pasukan berkuda itu sangat efektif," kata Agus.

Wakil Kepala Pusat Penerangan (Wakapuspen) TNI, Brigjen Rano Tilaar menyampaikan, modernisasi satuan kavaleri yang paling mendasar adalah dengan mengkombinasikan teknologi antara unsur serangan dari darat dan udara, serta daya gerak dan daya kejutnya. Perang modern menunjukkan kalau kerawanan kavaleri ada di udara.

CEO Romeo Strategic Consulting, M Iftitah Sulaiman Suryanagara, mengatakan, sejak awal didirikan, satuan kavaleri Indonesia telah memiliki karakter sendiri. Hal ini karena kontur medan di Indonesia yang tertutup banyak pohon. Yang menarik, Ifititah mengingatkan bahwa sejak dulu Letjen TB Silalahi telah membuat buku tentang masa depan kavaleri yang dilengkapi dengan kavaleri udara, yaitu dengan heli serang. "Heli sangat cocok dengan medan terutup,” kata peraih Adhi Makayasa Akmil 1999 tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement