REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pejabat dan politikus ramai-ramai menyampaikan ucapan duka cita atas tragedi sepak bola yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang Jawa Timur.
Warganet menilai ucapan duka cita tersebut ditempati lantaran ikut menampilkan foto para politikus atau pejabat tersebut. Bahkan sebagian menganggap pose di dalam foto ucapan duka tersebut dinilai tidak menggambarkan tengah berduka.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), Ujang Komarudin, mengatakan para politikus kerap memanfaatkan momentum tertentu. Ia mencontohkan bagaimana para politikus mengucapkan selamat atas kemenangan atlet Indonesia di ajang Olimpiade beberapa waktu lalu. Bahkan foto para pejabat lebih besar ketimbang sang atlet yang meraih kemenangan.
"Kali ini juga dengan format yang berbeda, mereka juga berseliweran mengucapkan duka di media sosial pada para korban di Kanjuruhan," kata Ujang, Senin (3/10/2022).
Menyikapi itu dirinya melihat dua hal. Pertama, sebagai warga negara para pejabat dan politikus itu dipersilakan mengucapkan duka sebagai bagian dari rasa empati. Namun di sisi lain ucapan duka dari para politisi itu justru dianggap perbuatan nirempati oleh warganet.
"Ketika mereka sebagai seorang politisi, maka itu dianggap oleh netizen, dianggap oleh masyarakat, sebagai memanfaatkan situasi. memanfaatkan keadaan agar mengucapkan duka di media sosial dan itu netizen menganggapnya sebagai perbuatan yang nirempati. saya sih melihatnya selalu ada positif dan negatif di setiap peristiwa," jelasnya.
Menurut Ujang seharusnya politikus tersebut membantu para korban dan keluarganya. Hal tersebut dinilai lebih mulia ketimbang hanya ucapan duka cita.
"Yang bagus sebenarnya bagaimana para politisi, apalagi yang ber-uang ya kalau bisa membantu mereka yang meninggal dunia, maupun yang sedang dirawat, dibantu bagaimana biayanya bagaimana berobatnya, ditanggung nggak oleh negara. Mereka keluarkan uang pribadi tidak. Lalu bagaimana kalau keluarganya yang meninggal dunia harus dibantu juga," terangnya.