Kamis 29 Sep 2022 11:26 WIB

Rupiah Kian Melemah, Jokowi Sebut Masih Lebih Baik Dibandingkan Negara Lain

Nilai tukar mata uang yang tak stabil imbas krisis ekonomi Inggris.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Indira Rezkisari
Petugas menghitung uang dolar AS. Nilai tukar rupiah saat ini terus melemah.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Petugas menghitung uang dolar AS. Nilai tukar rupiah saat ini terus melemah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, nilai tukar rupiah yang terus melemah saat ini dinilainya masih lebih baik jika dibandingkan negara lain, seperti Jepang, China, dan Filipina. Ia mengatakan, kondisi inipun harus disyukuri meskipun juga masih membutuhkan kerja keras yang panjang.

"Kita tahu kalau dilihat angkanya kita ini masih baik nilai tukar kita. Memang melemah -7, tapi bandingkan dengan negara-negara lain, Jepang -25, RRT -13, Filipina -13, dan lain-lain," kata Jokowi di acara UOB Economic Outlook 2023, Kamis (29/9/2022).

Baca Juga

Pergerakan nilai tukar mata uang yang tidak stabil ini, kata dia, imbas dari krisis ekonomi yang terjadi di Inggris yang berdampak pada semua negara.

Lebih lanjut, Jokowi juga menyampaikan ketidakpastian dunia yang semakin tinggi saat ini membuat semua negara mengalami kesulitan. Selain itu, ekonomi pun sulit diprediksi. Apalagi perang antara Rusia dan Ukraina yang juga berimbas pada krisis energi dan pangan diprediksi belum akan berakhir dalam waktu dekat.

"Arahnya seperti apa? Pemulihan akan seperti apa? Satu masalah muncul belum selesai, muncul masalah yang lain. Dan efek domino ini semua menyampaikan sulit dihitung," ujarnya.

Karena itu, Jokowi menekankan, Indonesia membutuhkan ketahanan anggaran yang panjang. Ia pun meminta Menteri Keuangan Sri Mulyani agar berhati-hati dalam menggunakan anggaran APBN. Anggaran yang dikeluarkan juga harus produktif dan memiliki /return yang jelas.

"Saya selalu sampaikan kepada Bu Menkeu, bu kalau kita punya uang di APBN kita, dieman-eman. Dijaga. Hati-hati mengeluarkannya. Harus produktif, harus memunculkan return yang jelas," ujarnya.

Sebab, kata dia, perekonomian di hampir semua negara saat ini pun juga terkontraksi karena adanya berbagai krisis yang terjadi, baik krisis energi, pangan, dan juga finansial.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement