REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengusung paradigma kolaborasi untuk mengatasi tantangan global dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum PBB ke-77 di New York, Amerika Serikat (AS) pada Senin (26/9/2022). Paradigma ini menurutnya harus diterapkan dalam membuat terobosan bagi kemerdekaan Palestina dan isu di Afghanistan.
"Sudah terlalu lama, rakyat di Palestina telah menderita dan merindukan perdamaian," kata Retno dalam pidato di Sidang Majelis Umum PBB ke-77 di New York, Senin (26/9/2022).
"Sampai Palestina benar-benar bisa menjadi negara merdeka, Indonesia akan berdiri kokoh dalam solidaritas dengan saudara-saudara kita Palestina," ujarnya menambahkan.
Sementara itu masyarakat di Afghanistan, menurut Retno juga berhak mendapatkan kehidupan yang damai dan sejahtera. Hak semua orang, termasuk perempuan harus sama-sama dihormati. Retno menekankan akses pendidikan untuk perempuan dan anak perempuan diberikan di Afghanistan.
"Tanpa paradigma baru ini, perdamaian akan tetap menjadi mimpi yang sulit dipahami," ujarnya. Paradigma baru diperlukan dalam tatanan dunia yang tengah bergejolak yang meredupkan spirit perdamaian di Palestina maupun Afghanistan.
"Indonesia menawarkan tatanan dunia yang berbasis paradigma baru. Paradigma win-win, bukan zero-sum. Paradigma merangkul, bukan mempengaruhi (containment). Paradigma kolaborasi, bukan kompetisi. Ini adalah solusi transformatif yang kita butuhkan," kata Retno.
Sebelumnya, pada pertemuan terpisah dengan para menteri Gerakan Non Blok, Retno juga menyinggung isu Palestina. Retno mengatakan, membebaskan Palestina dari penjajahan adalah “hutang" bersama termasuk gerakan non blok.