Rabu 21 Sep 2022 21:10 WIB

Akademisi IPB Dukung BPOM Realisasikan Labelisasi Senyawa BPA

regulasi pelabelan BPA justru menjadi upaya dalam mengedukasi masyarakat

Petugas laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh menguji sampel jajanan berbuka puasa (takjil) Ramadhan yang dijajakan pedagang musiman di Lambaro, Aceh Besar, Aceh, Kamis (7/4/2022). Pengujian terhadap sampel takjil dilakukan untuk mencegah beredarnya makanan dan minuman yang mengandung zat kimia berbahaya.
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Petugas laboratorium Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Banda Aceh menguji sampel jajanan berbuka puasa (takjil) Ramadhan yang dijajakan pedagang musiman di Lambaro, Aceh Besar, Aceh, Kamis (7/4/2022). Pengujian terhadap sampel takjil dilakukan untuk mencegah beredarnya makanan dan minuman yang mengandung zat kimia berbahaya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelabelan senyawa Bisphenol-A (BPA) pada galon guna ulang berbahan polycarbonate menjadi kebutuhan mendesak. 

Wacana agar BPOM memberi label dengan redaksi 'Berpotensi Mengandung BPA' akan  memberikan keamanan kepada konsumen di Indonesia.

"Sebenarnya wacana BPOM ini kan membuat masyarakat Indonesia aman. Niat mulia ini patut kita hargai, " ujar Dr. Nugraha Edhi Suyatma, dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (21/9).

Sementara itu epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono berpendapat regulasi pelabelan BPA harus segera diwujudkan demi melindungi kesehatan dan keselamatan publik. 

Ia mewanti-wanti agar kalangan industri tak perlu berlebihan dalam merespons regulasi tersebut. 

"BPA berpotensi membahayakan kesehatan dan keselamatan publik. Di samping itu, regulasi pelabelan BPA justru menjadi upaya dalam mengedukasi masyarakat," katanya. 

Pandu mengingatkan bahaya BPA yang fungsinya menjadikan plastik keras dan jernih (tembus pandang). Tetapi bisa berpindah ke makanan atau minuman. "Banyak penelitian menunjukkan kandungan BPA sudah ditemukan pada cairan kemih dan pada binatang," ujarnya.

Pandu juga menjelaskan penelitian dan riset mutakhir menunjukkan BPA juga dapat berdampak pada gangguan hormon kesuburan pria maupun wanita. 

"Kandungan ini juga dapat memicu penyakit seperti diabetes dan obesitas, gangguan jantung, penyakit ginjal, kanker hingga gangguan perkembangan anak," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement