Jumat 10 Jun 2022 18:24 WIB

Soal Kausalitas BPA dengan Penyakit Tertentu, Begini Pengakuan Kepala BPOM

Pelabelan BPA untuk galon isi ulang masih menjadi polemik

Ilustrasi galon. Pelabelan BPA untuk galon isi ulang masih menjadi polemik
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ilustrasi galon. Pelabelan BPA untuk galon isi ulang masih menjadi polemik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Kusumastuti Lukito menyampaikan bahaya-bahaya risiko bisphenol A (BPA) seperti yang disampaikan beberapa pihak seperti mengganggu fertilitas, kanker, dan lain-lain sampai saat ini belum jelas kausalitas atau  asumsi dasar dari ilmu sainsnya. Hal senada juga disampaikan sejumlah ahli pangan dan pakar kimia dari universitas ternama serta sejumlah dokter.  

"Perubahan-perubahan science, knowledge dan ilmu pengetahuan yang ada di masyarakat yang menunjukkan adanya bahaya-bahaya risiko terhadap aspek kesehatan masyarakat dan konsumen, itu harus kita respons dengan regulasi,” kata dia dalam wawancara sebuah stasiun televisi, Jumat (8/6/2022).  

Baca Juga

Dia mengatakan salah satunya adalah risiko BPA yang akan memberikan dampak kesehatan seperti berbagai risiko yang dikaitkan dengan gangguan fertifility, cancer, dan berbagai penyakit lainnya yang sampai saat ini belum jelas kausalitasnya.  

Sebagaimana dikutip dari berbagai media sebelumnya, hal ini juga ditegaskan oleh beberapa ahli kesehatan. Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof Wisaksono Sudoyo, mengatakan belum ada bukti air galon guna ulang menyebabkan penyakit kanker.

Menurutnya, 90-95 persen kanker itu dari lingkungan atau environment. “Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian air galon itu menyebabkan kanker,” ujarnya.  

Dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI), Dr M Alamsyah Aziz, SpOG (K), MKes, KIC, mengatakan sampai saat ini dirinya tidak pernah menemukan adanya gangguan terhadap janin karena ibunya meminum air galon.  

Karenanya, dia meminta para ibu hamil agar tidak khawatir menggunakan kemasan AMDK galon guna ulang ini,  karena aman sekali dan tidak berbahaya terhadap ibu maupun pada janinnya.     

Guru Besar Bidang Keamanan Pangan & Gizi di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Ahmad Sulaeman, mengatakan jika sudah memiliki sertifikat SNI, semua kemasan pangan yang mengandung BPA itu termasuk galon AMDK sudah dijamin keamanannya. “Saya khawatir pernyatan-pernyataan mengenai bahaya BPA ini hanya dijadikan alat persaingan dagang di antara pengusaha AMDK,” katanya. 

Kepala Laboratorium Green Polymer Technology–Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI), Assoc Prof Mochamad Chalid, menegaskan perlu ada kajian rinci untuk menjawab atau membuktikan kekhawatiran migrasi bisphenol A (BPA) pada kemasan galon air minum berbahan PC.

Hal itu dimungkinkan oleh kesulitan klasifikasi dalam pengambilan sampel kemasan galon berdasarkan jumlah kali guna-ulangnya.  

“Produsen yang terkait tidak akan sembarang mengeluarkan produk kemasan ini, terlebih harus memenuhi persyaratan yang sangat ketat seperti yang ditetapkan BPOM,” ujarnya.  

Menurut Chalid, pada dasarnya kemasan galon berbahan PC secara disain material bahan bakunya relatif aman untuk air minum dengan jumlah kali guna-ulang tertentu, yang memperhatikan sifat-sifat fungsionalnya seperti migrasi BPA sebagai sisa bahan baku atau hasil degradasi dari polikarbonat pada kemasan tersebut. 

“Tentunya, produsen telah melakukan antisipasi itu. Memang tidak mudah mengendalikan batas jumlah kali guna-ulang di masyarakat itu.  Karenanya, sebelum diedarkan ke masyarakat, kemasan itu juga sudah diuji oleh pihak-pihak terkait, baik itu oleh Kemenperin maupun BPOM,” ungkapnya.      

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement