Rabu 21 Sep 2022 19:56 WIB

Hasto: Pak Jokowi, Bu Mega, dan Bung Karno Digerakkan dalam Satu Kesatuan Napas

Kader PDIP diminta untuk bergerak cermati dinamika yang dihadapi rakyat.

Hasto Kristianto
Foto: istimewa
Hasto Kristianto

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menginstruksikan seluruh kader untuk terus bergerak dengan mencermati dinamika permasalahan yang dihadapi rakyat. Kader PDIP diharapkan dapat hadir menjadi solusi.

"Sebagai partai, kita terus mencermati dinamika rakyat, sebagai partai kita diajarkan konteks sosial dan politik, bahkan dinamika politik internasional harus kita cermati terus menerus," kata Hasto saat acara Pendidikan Kader Pratama (PKP) yang diinisiasiDPC PDIP Kota Tangerang Selatan, di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Hal tersebut, kata Hasto, sebagaimana pesan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri bahwa tiada hari tanpa pergerakan agar tidak terlena dengan survei sehingga konsolidasi diperlukan terus menerus. "Dengan demikian partai tetap mampu memberikan arah bagi perjalanan bangsa dan negara ke depan," ujarnya.

Menurutnya, semua kader PDIP tidak boleh melupakan sedikit pun tentang apa yang terjadi di tengah rakyat (society view). Kemudian apa yang terjadi di nasional (national view) dan apa yang terjadi di dunia (worldwide view). "Itulah yang diajarkan Bung Karno untuk dipahami kader PDI Perjuangan,? kata Hasto.

Dengan pemahaman society view, Hasto mencontohkan keputusan Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menaikkan harga BBM akan menunjukkan bahwa kenaikan harga itu akan memberi dampak pada kenaikan harga sejumlah barang.

Kemudian, katanya, dengan pemahaman national view menunjukkan bahwa Pemerintahan Jokowi berusaha memperkuat kedaulatan energi nasional lewat pengambilalihan Blok Rokan dan Blok Mahakam. "Sementara worldwide view menunjukkan bagaimana konflik di Rusia-Ukraina telah memberi dampak terhadap bagian dunia lain dan termasuk memicu kenaikan harga minyak dunia," ucapnya.

Oleh karena itu, kata Hasto, para kader PDIP diharapkan bisa memberikan penjelasan mengapa Presiden Jokowi mengambil keputusan yang sangat pahit dengan menaikkan harga BBM karena tidak ada pemerintahan suatu negara yang ingin membebankan rakyat.

"Itu kalau pemerintahannya punya nurani dan Pak Jokowi kita tahu digerakkan nurani. Pak Jokowi, Bu Mega, dan Bung Karno digerakkan satu kesatuan napas. Pimpinan yang digerakkan naluri untuk berpihak kepada rakyat," kata Hasto.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement