Selasa 20 Sep 2022 15:03 WIB

Kembali tak Diundang ke Acara PDIP, Sinyal Ganjar Terbuang Semakin Jelas

Pengamat melihat rivalitas Ganjar-Puan di ajang pilpres semakin nyata.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Indira Rezkisari
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Acara konsolidasi kader PDIP dari Kepala Daerah se-Indonesia oleh Ketua DPP PDI Perjuangan Puan Maharani di Semarang kembali tidak mengundang Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang juga kader PDIP. Menurut pengamat, acara dengan agenda persiapan pemilu 2024 itu semakin menunjukkan posisi Ganjar yang terbuang di pilpres 2024.

Analis Politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting Arif Nurul Imam mengatakan, selama ini publik selalu berspekulasi soal rivalitas Ganjar dan Puan untuk mendapatkan tiket calon presiden (capres) 2024. Menurut Arif, tidak diundangnya Ganjar memperlihatkan rivalitas terselubung antara Puan versus Ganjar itu yang semakin nyata.

Baca Juga

"Kita bisa melihat rivalitas itu semakin nyata antara Ganjar dan Puan semakin menghadapi pilpres 2024," kata Arif kepada wartawan, Selasa (20/9/2022).

Rivalitas yang semakin terlihat itu yakni Ganjar yang semakin terbuang dari setiap berbagai agenda penting konsolidasi PDIP menghadapi pemilu 2024. Padahal posisi Ganjar merupakan kepala daerah, Gubernur Jawa Tengah yang merupakan basis terbanyak pemilih PDIP.

Sejak kemunculan nama Ganjar sebagai capres baru pengganti Jokowi, nama Ganjar telah menimbulkan resistensi di internal PDIP. Hal ini terlihat dari beberapa kali Ganjar juga tidak menghadiri acara resmi PDIP yang dipimpin oleh Puan Maharani. Menurut Arif hal itu wajar dilakukan, karena rivalitas Puan versus Ganjar yang berpeluang di capres 2024 dari PDIP tadi.

"Masalahnya Ganjar bukan merupakan kader elite di PDIP. Berbeda dengan Puan Maharani, yang merupakan kader VIP, karena anak biologis langsung dari Bung Karno," kata Arif.

Juga saat ini semua politikus PDIP fokus memperjuangkan Puan sebagai capres 2024 dan membuang Ganjar di peluang capres internal PDIP. Apakah kemudian peluang Ganjar sebagai capres dari internal PDIP hilang? Arif mengatakan, peluang itu tetap ada, tapi semakin kecil.

"Peluang Ganjar diajukan capres dari PDIP masih kecil peluangnya, namun bukan berarti sama sekali tidak ada," sebut dia.

Karena nama Ganjar yang juga sudah sempat disebut di beberapa nama di partai lain, bisa menjadi kelebihan sendiri. Sebagaimana diketahui, sudah banyak relawan mengatasnamakan Ganjar yang dibentuk di daerah. Contohnya seperti Relawan Ganjarist yang diketuai oleh Pegiat Medsos Eko Kuntadhi. "Setidaknya berkat mereka dan beberapa lembaga survei, nama Ganjar juga cukup dikenal di masyarakat," ujarnya.

Sayangnya, Arif menegaskan, dikenal saja tidak cukup. Butuh partai yang memiliki tiket capres, memenuhi syarat pencalonan presiden atau presidential Threshold 20 persen, agar bisa mencalonkan presiden. Sementara PDIP fokus ke Puan, untuk partai Nasdem, Demokrat dan PKS cenderung ke Anies. Sedangkan partai Gerindra dan PKB cenderung ke Prabowo.

Menurut dia, satu-satunya peluang Ganjar masih ada di koalisi Indonesia Bersatu dengan tiga partai yakni Golkar, PAN dan PPP. Namun itu dengan catatan, Ganjar perlu mendapat restu dan persetujuan dari para ketua umum ketiga parpol. Sampai saat inipun, ia menilai ketiga parpol itu belum menyepakati satu nama capres pun yang akan diusung di 2024.

"Ketum Golkar Airlangga bisa jadi sangat realistis, memberikan tiket capres ke Ganjar, apalagi bila kursi cawapres diisi oleh Golkar. Dan tentunya bila probabilitas dari elektabilitas kemenangan Ganjar semakin besar, maka masih ada peluang tiket Ganjar, dan mendapatkan persetujuan dari PAN dan PPP," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement