REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto meresmikan musala di Kantor DPD PDI Perjuangan Nusa Tenggara Barat (NTB) di Kota Mataram, Jumat (16/9/2022) pagi.
Pada kesempatan itu, hadir sejumlah tuan guru dan ulama di NTB. Hasto didampingi oleh Sekretaris Umum DPP Bamusi sekaligus anggota Komisi VII DPR RI Nasyirul Falah Amru alias Gus Falah dan Ketua DPD PDIP NTB Rachmat Hidayat.
Dalam sambutannya, Hasto menyampaikan salam dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri kepada para tuan guru, kiai, dan ulama di NTB.
"Salam dari Ibu Megawati, beliau sedang berada di Jeju, Korea Selatan dalam rangka kunjungan kerja. Sebenarnya Ibu Mega yang sudah meresmikan musala ini, saya hanya meneruskan saja," kata Hasto dalam keterangan persnya.
Hasto lalu meminta bantuan para ulama untuk meluruskan sejarah Bung Karno dan PDIP yang difitnah antiislam. Khususnya Bung Karno yang selama Orde Baru dinarasikan seperti antiislam, antiulama, dan sebagainya.
"Saya sampaikan kepada buya tadi, Bung Karno dalam Konferensi Asia Afrika mendapat gelar kehormatan sebagai pendekar pembebas bangsa-bangsa Islam. Ini sejarah yang banyak ditutupi," kata Hasto.
Indonesia melalui Bung Karno punya peran penting bagi kemerdekaan bangsa Islam dunia, seperti Maroko, Tunisia, Aljazair, Sudan, dan lain-lain.
Bung Karno juga belajar Islam dari HOS Tjokroaminoto, tokoh Muhammadiyah Ahmad Dahlan, hingga pemuka NU Hasyim Asy'ari.
"PDIP melalui Basmusi, menjadi rumah besar mewujudkan visi Islam Nusantara yang berkemajuan bagi Indonesia Raya. Banyak yang mengaburkan sejarah yang menempatkan Bung Karno seperti antiislam. Maka di NTB perlu minta bantuan para kiai, tuan guru, ulama, sampaikan kepada umat Islam tentang kebenaran yang ada di sini," jelas dia.
Bung Karno juga pernah memperjuangkan agar Universitas Al-azhar di Kairo, Mesir, sebuah kampur yang melahirkan banyak tokoh-tokoh Islam dunia tidak ditutup. Bung Karno menyampaikan pesan itu kepada Presiden Mesir kala itu Gamal Abdul Nasir.
"Bung Karno mengatakan, Tuan Gamal Abdul Nasir, jangan kamu tutup itu Universitas Al-azhar itu, karena itu adalah bagian dari pusat peradaban Islam, maka kemudian akhhirnya tak jadi ditutup. Eh, kemudian ada lulusan Al-azhar yang kemudian mentang-mentang dari sana lupa sejarah dan kemudian mencela Bung k Karno memfitnah PDi Perjuangan, tetapi kami diajarkan Bu Mega untuk tetap tenang, tidak boleh dendam," jelas dia.
Sementara itu, Gus Falah menyampaikan kata masjid berasal dari kata sujud. Gus Falah menerangkan di Mekkah tidak ada istilah musala, pasujudutan, dan langgar, seperti yang dikenal di Indonesia.
"Itulah akulturasi budaya nusantara yang sangat luar biasa," jelas dia.
Gus Falah juga menyatakan DPP PDIP NTB memiliki dua musala. Setiap jemaah yang menunaikan salat bahkan diberikan teh. "Musala ini memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ini sangat terbuka siapa pun boleh untuk melaksanakan salat sunah dan wajib," jelas dia.