Selasa 13 Sep 2022 01:35 WIB

Menkominfo Sebut Peretas Bjorka Hanya Miliki Data Umum

Akan dibentuk 'emergency response team' untuk menjaga tata kelola data yang baik.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate (tengah).
Foto: ANTARA/Galih Pradipta
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKATA - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menyebut data yang dimiliki oleh peretas Bjorka adalah data umum. Di rapat, kata dia, dibicarakan bahwa memang ada data-data yang beredar salah satunya oleh Bjorka, tapi data-data tersebut setelah ditelaah sementara adalah data-data yang bersifat umum. 

"Bukan data-data spesifik dan bukan data-data ter-update," kata Menkominfo Johnny G Plate di lingkungan istana kepresidenan Jakarta, Senin (12/9/2022).

Johnny G Plate mengaku, baru melakukan rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden Ma'ruf Amin, Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD, Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian. "Tim lintas kementerian lembaga dan BSSN, Kominfo, Polri dan BIN berkoordinasi untuk menelaah secara dalam," ungkap Johnny.

Baca juga :Mahfud MD: Peretas Bjorka tak Buka Data Rahasia

Johnny juga menyebut, akan dibentuk tim khusus yaitu "emergency response team" untuk menjaga tata kelola data yang baik di Indonesia.

"Juga untuk menjaga kepercayaan publik. Jadi akan ada 'emergency response team', (anggotanya) dari BSSN, Kominfo, Polri, dan BIN untuk melakukan asesmen-asesmen berikutnya," tambah Johnny.

Johnny juga mengaku, ada keterbatasan pemerintah dalam melakukan komunikasi publik. "Saya mengajak rekan-rekan media, ini data sangat strategis dan data juga bisa terkait dengan 'sovereignity', kedaulatan kita, termasuk sangat geopolitis," ujarnya.

"Mohon media jangan sampai memberitakan yang memberikan dampak kebingungan kepada masyarakat karena ini banyak hal-hal teknis yang kadang salah kutip yang mengakibatkan satu dengan lainnya warga bangsa kita saling 'mem-bully'. Jangan sampai," ungkap Johnny.

Dia berharap, saat menghadapi serangan peretasan dapat dibangun kekuatan nasional dan bergotong royong menghadapi semua bahaya, termasuk dalam ruang digital. Sebab, bahaya dalam ruang digital tersebut adalah bentuknya tindakan kriminal digital. 

Baca juga : Erick Thohir Ajak Para Peretas Lokal Bantu Membangun Bangsa

"Ini harus kita jaga bersama-sama, bangun kerja bersama. Berbeda pendapat itu normal dalam demokrasi. Namun, saat untuk kepentingan negara secara keseluruhan, mari kita jaga kekompakan," tuturnya.

Menkominfo juga mengatakan, Rancangan Undang-undang Perlindungan Data Pribadi (RUU PDP) telah disetujui di rapat tingkat 1 oleh panja Komisi 1 DPR dengan pemerintah.

"Kami sekarang tunggu jadwal untuk pembahasan dan persetujuan tingkat 2 yaitu rapat paripurna DPR, mudah-mudahan nanti dengan disahkan RUU PDP jadi UU PDP ada payung hukum yang lebih baik untuk menjaga data," kata Johnny.

Terbaru, peretas dengan identitas Bjorka melalui grup Telegram mengklaim telah meretas surat menyurat milik Presiden Jokowi, termasuk surat dari BIN.

Klaim dari Bjorka tersebut kemudian diunggah oleh salah satu akun Twitter "DarkTracer : DarkWeb Criminal Intelligence", yang kemudian viral dan sempat menjadi salah satu topik pembahasan terpopuler (trending topic) di Twitter hingga Sabtu pagi.

Baca juga : Jokowi: Tindak Lanjuti Dugaan Kebocoran Data Pemerintah

Dalam unggahan di akun Twitter itu disebutkan bahwa surat dan dokumen untuk Presiden Indonesia, termasuk surat yang dikirimkan BIN dengan label rahasia telah bocor.

Peretas dengan identitas Bjorka juga sebelumnya kerap mengklaim telah meretas data-data terkait kependudukan Indonesia, seperti data registrasi "SIM Card Prabayar" dan data milik salah satu provider telekomunikasi.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement