Saya bukan orang hukum, namun merasa tertarik dengan dua fenomena di atas. Bagi saya, ada kerekatan hubungan di antara langka dan mahalnya migor di awal tahun, dengan persoalan harga BBM yang saat ini tengah jadi giliran dipersoalkan dan bikin pening semua. Ada beberapa persamaan dalam kelangkaan dan naiknya harga kedua komoditas penting buat rakyat ini.
Pertama, pemerintah menyebut kebijakan menaikkan harga BBM disebabkan naiknya harga minyak mentah dunia. Kita tak akan berdiskusi tentang hal ini, meski sejatinya bisa didiskusikan. Paling tidak, pada saat pemerintah menaikkan harga BBM, harga minyak dunia justru tengah anjlok USD 2,69 atau 2,7 persen, menjadi USD 96,62 per barel. Perlemahan itu menyusul penurunan harga sebesar USD 5,78 per barel pada Selasa pekan sebelumnya.
Pada saat harga migor meroket ke langit, awal tahun ini, pemerintah juga mengakui bahwa naiknya harga minyak goreng itu disebabkan mengangkasanya harga minyak nabati dunia. Saat itu, dimulai dari gagalnya panen bunga matahari di Ukraina yang membuat stok minyak biji bunga matahari menyusut, naik tajamnya harga pupuk dan kekeringan yang membuat banyak perkebunan sawit kurang panen, harga migor terus melesat. Pada Januari 2022, harga CPO tercatat sebesar USD 1410 per ton.
Kedua, untuk meringankan beban ekonomi warga kurang mampu, pemerintah memutuskan untuk memberikan BLT, baik pada saat harga minyak goreng melangit, maupun di kala harga BBM tinggi seperti saat ini.
Baca juga : Presiden Jokowi Lantik Azwar Anas Jadi Menteri PAN-RB Siang Ini