Sabtu 27 Aug 2022 16:22 WIB

Mencetak Laba di Tengah Pandemi, KS Ingin Terus Genjot Kapasitas Produksi

Krakatau Steel berkolaborasi dengan Posco menjadi perusahaan baja terintegrasi.

Presiden Joko Widodo menyimak penjelasan Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim saat meninjau pabrik Hot Strip Mill 2 Krakatau Steel di Kota Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (21/9/2021).
Foto: ANTARA/Biro Pers dan Media Setpres
Presiden Joko Widodo menyimak penjelasan Dirut PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim saat meninjau pabrik Hot Strip Mill 2 Krakatau Steel di Kota Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (21/9/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra

Pada saat dunia usaha berada dalam situasi tidak menentu akibat pandemi Covid-19, PT Krakatau Steel (Tbk) malah bisa mencatatkan kinerja positif. Dalam dua tahun terakhir, perusahaan baja kebanggaan Republik Indonesia (RI) ini membukukan kinerja positif. Capaian itu mengakhiri torehan buruk selama delapan tahun sebelumnya, yang mengalami kerugian beruntun.

Berdasarkan rapat umum pemegang saham (RUPS) tahunan 2021, Krakatau Steel (KS) mencatatkan laba 62,13 juta dolar AS atau sekitar Rp 922,3 miliar. Angka itu jauh lebih tinggi dibandingkan keuntungan pada 2020 sebesar 23,67 juta AS atau sekitar Rp 351,4 miliar. Padahal, perseroan pada 2019 masih mencatatkan rugi bersih sebanyak 503,65 juta dolar AS atau sekitar Rp 7,47 triliun.

Naiknya keuntungan juga diikuti volume penjualan yang meningkat 24 persen dari 1,65 juta ton pada 2020 menjadi 2,05 juta ton pada 2021. Hal itu dibarengi dengan pendapatan meningkat sebesar 1,35 miliar dolar AS pada 2020 menjadi 2,16 miliar dolar AS pada 2021 atau naik 59 persen.

Selain produktivitas perseroan yang meningkat sepanjang 2021, hal itu diikuti efisiensi perseroan biaya variabel dari semula 63,10 dolar AS per ton pada 2020 menjadi 58,72 dolar AS per ton pada 2021 atau turun tujuh persen. Pangsa pasar hot rolled coil (HRC) juga meningkat dari 38 persen pada 2020 menjadi 40 persen pada 2021.

Pun dengan total aset tahun 2021 meningkat delapan persen sebanyak 3,77 miliar dolar AS dari sebelumnya 3,49 miliar dolar AS pada 2020. Total ekuitas juga meningkat pada 2021 sebanyak 522,09 juta dolar AS dari 448,72 juta dolar AS pada 2020 atau naik 16 persen. Berkat peningkatan dari sisi operasi, perseroan berhasil menaikkan kas bersih dari aktivitas operasi sebesar 69 persen dari 70,83 juta dolar AS pada 2020 menjadi 119,80 juta dolar AS pada 2021.

Semua capaian itu dapat dikatakan sebuah prestasi yang tidak bisa dibilang enteng tentunya. Hal itu dapat terwujud berkat komitmen manajemen KS dalam menata ulang organisasi dan menciptakan efisiensi dalam penjualan produk baja.

Ketika neraca keuangan sudah menunjukkan sisi positif, direksi pun langsung tancap gas untuk membawa KS menjadi salah satu perusahaan baja terbesar di lingkung regional. Manajemen KS pun bergerak cepat hingga dipercaya menekan memorandum of understanding (MoU) kerja sama investasi dengan Posco di Seoul, Korea Selatan (Korsel) pada 28 Juli 2022.

Prosesi kerja sama itu dilakukan di sela lawatan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke ibu kota Korsel, dengan disaksikan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju. Tidak tanggung-tanggung, investasi yang ditanamkan diperkirakan sebesar 3,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 51,9 triliun.

Direktur Utama (Dirut) KS, Silmy Karim menyampaikan, pihaknya sangat gembira atas dukungan pemerintah dalam mewujudkan ekspansi PT Krakatau Posco yang merupakan perusahaan patungan antara KS dan Posco. "Kami akan terus aktif berkolaborasi dalam melaksanakan rencana investasi sesuai dengan yang telah disepakati. PT Krakatau Posco akan menjadi perusahaan baja terintegrasi yang terbesar di Asia Tenggara," jelas Silmy belum lama ini.

Posco dikenal produsen baja terbesar di Korsel dan termasuk pemain utama di dunia. Posco tercatat produsen baja nomor empat di dunia dengan kapasitas produksi mencapai 42 juta ton baja per tahun.

Silmy menerangkan, perusahaan patungan KS dan Posco menghasilkan kesepakatan peningkatan kapasitas produksi PT Krakatau Posco yang direncanakan dapat mencapai 10 juta ton per tahun, baik produk hulu maupun hilir. Perencanaan itu mendorong KS dan Posco untuk saling sama-sama menghasilkan produk baja bernilai tambah tinggi, seperti baja otomotif.

Langkah itu juga sebagai dukungan terhadap rencana pemerintah menjadikan Indonesia sebagai basis industri mobil listrik dunia. "Selain itu, kerja sama Krakatau Steel dan Posco juga dipersiapkan untuk mendukung proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), di mana Posco memiliki pengalaman panjang dalam pembangunan beberapa kota di Korea," ucap Sily.

Menurut Silmy, kerja sama itu terasa sangat menguntungkan bagi KS. Pasalnya, kedua perusahaan sepakat meningkatkan lokalisasi proyek sesuai dengan persyaratan tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Sehingga, PT Krakatau Posco bisa ikut mendorong industri lokal yang terkait dengan produksi baja.

Silmy juga menyinggung konsumsi baja nasional diprediksi semakin tumbuh. Hal itu seiring pembangunan infrastruktur, industri dalam negeri, dan perekonomian Indnesia yang masif dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Dia mencatat dalam kurun waktu lima tahun mulai 2014, konsumsi baja per kapita tumbuh 50 kilogram (kg) per kapita per tahun menjadi 71 kg per kapita per tahun.

"Artinya di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi terjadi peningkatan konsumsi baja nasional yang signifikan, sekitar 40 persen. Hal ini dapat terjadi karena pemerintah mendorong pembangunan infrastruktur," kata Silmy. Karena alasan itulah, pengembangan produksi yang dilakukan KS nantinya juga untuk ikut menyuplai kebutuhan dalam negeri.

Pabrik baru efisien

Sementara itu, Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun optimistis dengan kinerja perseroan yang bakal menghasilkan prestasi positif pada tahun-tahun mendatang. Jokowi merujuk kepada peresmian pembangunan hot strip mill dua yang bisa mendongkrak pendapatan KS. Pembangunan pabrik di lahan 25 hektare yang selesai Mei 2021, menelan investasi mencapai Rp 7 triliun dengan kapasitas produksi 1,5 juta ton per tahun.

Sehingga total produksi HRC KS ke depannya menjadi 3,9 juta ton per tahun. Jokowi menganggap, pabrik tersebut merupakan yang pertama di Indonesia, yang mampu menghasilkan produk HRC dengan ketebalan 1,4 milimeter. Pembangunan pabrik selain meningkatkan kapasitas produksi, juga dalam rangka meningkatkan daya saing produk baja produksi Indonesia.

"Karena pabrik baru lebih efisien, bisa memangkas biaya operasi 25 persen. Kemudian pabrik ini mengunakan mesin otomasi 4.0 maka produkyang dihasilkan memiliki kualitas yang baik. Oleh sebab itu, produksi HRC hot strip mill dua, nantinya untuk mengisi pangsa pasar otomotif yang membutuhkan kualitas baja terbaik," kata Jokowi saat mengunjungi pabrik KS di Kota Cilegon, Provinsi Banten pada tahun lalu.

Langkah modernisasi yang dilakukan KS itu juga searah dengan kebijakan pemerintah RI. Menurut Jokowi, seiring rencana Indonesia menjadi salah satu pusat mobil listrik dunia maka komponennya nanti bisa dipasok dari KS. Jika hal itu dapat dipenuhi maka dapat berdampak pada penghematan devisa serta memperbaiki neraca perdagangan RI.

"Dengan diresmikannya pabrik hot strip mill dua ini, KS memasuki babak baru dalam mewujudkan pembangunan klaster baja 10 juta ton di Cilegon. Klaster baja ini terealisasi karena pada 2022, KS dan Posco Korsel akan melakukan investasi baru sebesar 700 juta dolar AS dalam memproduksi produk turunan HRC, dan dilanjutkan investasi sebesar 3 miliar dolar AS untuk menambah fasilitas produk baja di hulu," kata Jokowi.

Menteri BUMN Erick Thohir mengingatkan, konsumsi baja nasional selama ini sangat besar. Dia meminta, hal itu jangan dibiarkan begitu saja dipasok produk dari luar. Padahal, konsumsi baja dalam negeri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tidak hanya karena pembangunan infrastruktur semata, melainkan juga industri lainnya yang nantinya menghubungkan, terutama indutri otomotif.

"Kebutuhan baja kita menignkat 40 persen selama lima tahun terakhir. Peresmian hot strip mill dua dari KS yang menggunakan teknologi modern dan terbaru di industi baja hanya ada dua, satu di Amerika Seriakt, satunya di Indonesia. Saya sudah melihat ke dalam betul-betul teknologi tinggi, HRC sebesar 1,5 juta ton per tahun, pertama yang mapu HRC kualitas premium," kata Erick.

Dia berpesan agar kapasitas produksi KS terus ditingkatkan hingga nanti sampai 4 juta ton baja per tahun. Jika hal itu dapat terealisasi, kata dia, KS bisa memenuhi seluruh kebutuhan baja dalam negeri. Bahkan, Erick mendorong, KS juga bisa mengekspor produksi baja keluaran terbaru jika memang pasar membutuhkan.

"Kita harapkan tak ada lagi impor-impor, ini untuk menekan impor baja negara kita peringkat dua komoditas impor, diharapkan bisa hemat devisa Rp 29 triliun per tahun. Saya pesan kualitas produk tidak kalah dengan impor dan bisa memenuhi kebutuhan industri negara kita, nanti bisa bersaing di pasar regional dan global," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement