REPUBLIKA.CO.ID, LANGSA -- Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono memberikan kuliah umum wawasan kebangsaan dan Pancasila kepada 1.600 mahasiswa baru di Universitas Samudra, Langsa, Nangroe Aceh Darussalam, Senin (22/8/2022).
Dalam orasi yang berjudul “Kehidupan Berbangsa, Bernegara, dan Pembinaan Kesadaran Bela Negara", diawali dengan memperkenalkan Salam Pancasila yang digagas Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri, yang diadopsi dari pekik "Merdeka" yang ditepkan oleh Bung Karno melalui Maklumat 31 Agustus 1945. Karjono menyampaikan bahwa sejatinya Salam Pancasila memiliki ruh salam kebangsaan yang menyatukan Indonesia yaitu Salam Merdeka.
Dalam kuliah umum ini Karjono menekankan peran mahasiswa yang sangat strategis dalam kesadaran menjunjung tinggi nilai Pancasila. Tidak sebatas pada pintar atau juga pandai akan tetapi juga harus bener.
Menurutnya, ada tiga aspek yang harus dimiliki dan dikuasai generasi muda. Tiga aspek itu ialah kemampuan bela negara, revolusi mental, dan pemahaman terhadap empat pilar wawasan kebangsaan.
"Lingkungan perguruan tinggi yang menjadi tempat untuk memperkuat dan/atau mempertahankan ideologi, dasar negara dan falsafah bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yakni Pancasila," kata Karjono, seperti dalam siaran pers, Selasa (23/8/2022).
Karjono menyampaikan sejatinya Pancasila merupakan satu kesatuan yang lahir pada 1 Juni 1945, piagam jakarta 22 Juni 1945, kemudian menjadi perjanjian luhur bangsa pada sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 sampai dengan ditetapkan peraturan presiden nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, serta testimoni pelaku sejarah oleh Bung Hatta yang memberikan kuasa kepada Guntur, dan testimoni Dr Radjiman Wediodiningrat, dan pelurusan sejarah oleh AB Kusuma. Sejatinya Pancasila lahir 1 Juni 1945.
Disisi lain, Karjono memaparkan kondisi masyarakat saat ini terhadap kepatuhan dan bela negara. Berdasarkan survei Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terdapat 12,1 persen pria berpotensi terpapar radikalisme, sedangkan pada wanita sebesar 12,3 persen. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara beberapa waktu lalu juga menyebutkan, setiap bulan terdapat 10 ASN dipecat karena terpapar radikalisme dan terorisme.
“Mereka tidak memegang sumpah jabatan, ingin mengganti dasar negara, serta melawan UUD dan ideologi negara (Pancasila)," papar Karjono.
Hasil survei Center Strategic and International Studies (CSIS) menunjukan, generasi milenial (17-29 tahun) sangat rendah ketertarikan dalam membaca, membahas isu sosial politik dan menulis. Selain itu, aktivitas sosial generasi milenial masih rendah. “Ini artinya generasi milenial semakin individual. Mari kita sadari bersama. Jangan dibiarkan," tegas Karjono.
Terakhir, Karjono berpesan kepada generasi muda agar tidak ikut-ikutan menyebarkan hoaks dan ujaran kebencian. Hidup bertoleransi, melestarikan budaya, memakai produk Indonesia, berprestasi mengharumkan nama bangsa, baik nasional maupun di dunia internasional, serta menjaga nama baik bangsa dan negara.
“Mahasiswa sebagai pemuda, mahasiswa sebagai pemegang estafet kepemimpinan bangsa, agen penggerak perubahan maka harus berperan aktif untuk menjadi pelopor cita-cita Indonesia, kemudian adik-adik mahasiswa yang telah menjadi bagian dari universitas samudra tidak hanya mengandalkan kemampuan kepintaran dan kepandaiannya saja, namun yang lebih penting dan utama diiringi dengan pembangunan karakter, kepribadian, kepatuhan dan ketakwaan," tegas Karjono.
Dalam kuliah umum ini turut hadir Rektor Universitas Samudra Dr Hamdani, tiga orang Wakil Rektor Kepala Pusat Studi Pancasila UGM Agus Wahyudi, Kepala Kantor Imigrasi Langsa Darori, Kepala Lapas Langsa Effendi, Para Wakil Rektor, Dosen serta para Civitas Akademika.