REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis (18/8) menelpon Presiden Republik Indonesia Joko Widodo untuk menyampaikan ucapan selamat ulang tahun kepada Indonesia ke-77. Selain itu, kedua kepala negara juga membahas persoalan ketahanan pangan dan persiapan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.
"Vladimir Putin menginformasikan tentang upaya yang dilakukan oleh Rusia bersama dengan Turki dan Sekretariat PBB untuk menyetabilkan situasi di pasar biji-bijian dan pupuk dunia," kata pernyataan Kremlin, dilansir Anadolu Agency, Jumat (19/8).
Kremlin mengatakan, Putin dan Jokowi juga membahas persiapan KTT G-20 yang dijadwalkan digelar di Bali pada November mendatang. Kedutaan Besar Rusia di Jakarta mengatakan, kedua pemimpin membahas hubungan Rusia-Indonesia dengan fokus pada implementasi kesepakatan yang dicapai selama kunjungan Jokowi ke Rusia.
Termasuk, mempromosikan sejumlah proyek bilateral utama di bidang ekonomi dan perdagangan. "Dibicarakan ketahanan pangan global. Antara lain, Vladimir Putin memberitahu upaya Rusia bersama Turki dan Sekretariat PBB untuk menstabilkan pasar biji-bijian dan pupuk global," ujar pernyataan Kedutaan Besar Rusia di Twitter resminya.
Presiden Jokowi bertemu Putin di Moskow pada 30 Juni lalu. Dalam pertemuan tersebut keduanya membahas tentang persoalan pangan global yang terkena dampak akibat perang di Ukraina.
Ketika itu, Rusia berkomitmen akan kembali membuka jalur ekspor gandum dan biji-bijian. Sejak invasi ke Ukraina, Rusia telah memblokade Laut Hitam sehingga ekspor gandum dan komoditas lainnya terhenti.
Dalam pertemuan dengan Jokowi pada Juni lalu, Putin menegaskan, Indonesia adalah salah satu mitra utama di kawasan Asia-Pasifik. Hubungan Rusia-Indonesia bersifat konstruktif dan saling menguntungkan, terus berkembang berdasarkan tradisi persahabatan, dan bantuan timbal balik yang sudah lama ada.
"Adapun pembicaraan saya dengan Presiden Joko Widodo hari ini dilakukan secara profesional dan sangat substantif," kata Putin berdasarkan siaran pers Kedutaan Besar Rusia di Indonesia.
Putin mengatakan, dalam pertemuan itu, dia dan Jokowi membahas pasokan makanan, produk pertanian lainnya, termasuk pupuk mineral, ke pasar dunia. Putin mengatakan, Rusia sudah menekankan ketidakseimbangan di pasar pangan konsekuensi langsung dari kebijakan makroekonomi tidak bertanggung jawab beberapa negara selama bertahun-tahun.
"Namun, negara-negara Barat, yang tidak ingin mengakui kesalahan arah ekonomi mereka, makin mengacaukan produksi pertanian global dengan memberlakukan pembatasan pasokan pupuk Rusia dan Belarus, mempersulit ekspor biji-bijian Rusia ke pasar dunia, mempersulit asuransi kapal kargo kering yang membawa biji-bijian dan untuk melakukan pembayaran bank atas kontrak perdagangan," kata Putin.
Putin menegaskan, Rusia menjadi salah satu produsen dan eksportir makanan utama dunia. Produk pertanian negara itu dipasok ke 161 negara di dunia.
"Tahun lalu, kami mengekspor lebih dari 43 juta ton sereal, termasuk 33 juta ton gandum saja. Tahun ini, kami memprediksi panen biji-bijian yang baik, yang akan memberi kami kesempatan untuk meningkatkan pasokan kami ke pasar luar negeri hingga 50 juta ton produk terkait," kata Putin.
Putin menegaskan, negaranya siap memenuhi permintaan pupuk nitrogen, fosfat, dan kalium dari Indonesia. Termasuk negara-negara sahabat lainnya serta bahan baku untuk produksinya. Dia mengungkapkan, pangsa pasar pupuk mineral Rusia di dunia adalah 11 persen, dan untuk beberapa jenis pupuk lebih dari 20 persen.
"Tahun lalu, kami mengirimkan 37 juta ton produk ini ke luar negeri," ujar Putin.
Rusia akan memenuhi kewajiban kontrak dengan cermat untuk memasok bahan makanan, pupuk, serta energi dan barang penting lainnya. Rusia menganggap sangat penting untuk memulihkan rantai pasokan yang telah terganggu oleh sanksi-sanksi Barat dan sekutunya.