Kamis 11 Aug 2022 05:15 WIB

Huawei Dorong Kolaborasi Ekosistem Menuju Transformasi Energi Hijau Bagi Indonesia

Huawei menjalin kolaborasi sediakan energi baru terbarukan dengan harga terjangkau

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Christiyaningsih
Seorang bocah berjalan di dekat kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/7/2022). Huawei menjalin kolaborasi sediakan energi baru terbarukan dengan harga terjangkau. Ilustrasi.
Foto: ANTARA/Arnas Padda
Seorang bocah berjalan di dekat kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Tolo di Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/7/2022). Huawei menjalin kolaborasi sediakan energi baru terbarukan dengan harga terjangkau. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penyedia teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan solusi daya global, Huawei, berkolaborasi dengan mitra strategis serta para pemangku kepentingannya dalam ekosistem energi terbarukan untuk menyelenggarakan konferensi bertema Green, the New Fashion. Kolaborasi ini guna mendorong kerja sama antara para pemangku kepentingan dalam ekosistem tersebut dalam upaya menggerakkan laju transformasi energi hijau Indonesia menuju target nol emisi karbon pada 2060.

“Selain dikenal sebagai penyedia teknologi informasi dan komunikasi (TIK), Huawei juga merupakan penyedia solusi bagi industri daya. Kami menghadirkan solusi-solusi yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi daya dan mendigitalisasi industri secara keseluruhan," kata CEO Huawei Digital Power Indonesia Andy Liu dalam siaran pers yang diterima Republika belum lama ini.

Baca Juga

Andy Liu melihat tenaga surya sebagai sumber energi baru terbarukan yang berpeluang besar menjadi salah satu sumber daya utama di Indonesia. “Dengan potensi daya puncak pada kondisi optimal melebihi 3.000 Gigawatt-peak (GWp), kita harus memaksimalkan tenaga surya agar dapat memberdayakan transformasi industri daya Indonesia menjadi lebih hijau, ramah lingkungan, serta membuka lapangan kerja yang semakin luas dan menghasilkan dampak yang dirasakan seluruh rakyat Indonesia,” imbuhnya.

Ahsin Sidqi, CEO Indonesia Power, mengatakan Indonesia Power dan Huawei berkolaborasi untuk membangun ‘bisnis energi masa depan’ yang berbasis green and clean electricity.

“Bersama Huawei, kami siap untuk mendukung gelaran KTT G20 di Bali dan menyediakan energi baru terbarukan dengan harga terjangkau, memangkas emisi karbon, serta menciptakan nilai tambah bagi masyarakat. Wujud nyata kerja sama telah direalisasikan dalam pengembangan pembangkit PLTS land-based berkapasitas 4.25 MWp dengan Battery Energy Storage System 3.0MW/1.84 MWh di Nusa Penida, sebagai bagian dari program hibridisasi pembangkit diesel eksisting,” kata Ahsin.

Dannif Danusaputro, CEO Pertamina Power Indonesia, menjelaskan bahwa Pertamina sedang bertransformasi dari perusahaan minyak dan gas menjadi perusahaan energi yang komprehensif, termasuk menyediakan energi baru terbarukan seperti tenaga surya. Selain mengurangi emisi karbon, energi baru terbarukan juga dapat menghasilkan potensi ekonomi yang sangat besar bagi Indonesia.

“Seiring bertambahnya permintaan terhadap Solar PV, Pertamina akan bekerja sama dengan Huawei untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi, serta keandalan daya,” katanya.

Senada, Wirawan, Direktur Operasional Pembangkitan Jawa-Bali yang berada di bawah PLN juga mengatakan bahwa PLN berambisi menjadi perusahaan listrik bersih dengan cara mengurangi setara dengan 900 juta karbon dioksida dalam bentuk total cost of ownership (TCO) pada 2060. “Pemilihan teknologi yang efisien dan dapat menghasilkan dampak maksimal, didukung dengan pengetahuan dan wawasan baru, merupakan salah satu komponen utama dari strategi kami untuk menjadi penyedia listrik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kami menantikan kolaborasi lebih lanjut dengan pengembang teknologi seperti Huawei yang dapat menawarkan solusi-solusi yang diperlukan Pembangkitan Jawa-Bali,” sebutnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement