REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo atau RSCM Lies Dina Liastuti mengatakan, hingga hari ini pihak RSCM belum bisa menyelenggarakan vaksin booster kedua atau dosis empat untuk para nakes. Alasannya, sampai saat ini, logistik vaksin yang dibutuhkan belum ada.
“Vaksinasi yang keempat belum, perintahnya sudah tapi kan kami menunggu dropping vaksin, vaksinnya belum kami terima," kata Lies saat ditemui di RSCM usai peluncuran SmartRSCM pada Jumat (5/8).
Perihal pelaksanaan nanti, Lies mengatakan pihaknya sudah berpengalaman melakukan vaksinasi terhadap tenaga kesehatan sebanyak tiga kali. Sehingga pelaksanaan vaksinasi keempat akan lebih mudah.
“Tinggal di-list nama-namanya dan tinggal kita panggil-panggil saja. Misalnya datangnya 1.000 vaksin yang kita vaksin dulu 1.000 orang," tuturnya.
Ia mengungkapkan, jumlah pegawai RSCM ada 5.300 orang. Selain itu, ada juga para peserta didik calon spesialis dan calon dokter sebanyak 1.600.“Jadi hampir 8.000-an yang harus kita vaksin, mungkin kami harus bertahap melakukannya,\" ucapnya.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono menekankan, nakes merupakan garda terdepan dalam pelayanan kesehatan terutama pada masa Covid ini. Terlebih, sudah ada dua dokter yang meninggal akibat Covid-19 pada gelombang omicron baru ini.
"Nakes merupakan garda terdepan dalam pelayanan kesehatan. Kita tahu sudah ada 2 dokter yang meninggal akibat pandemi Covid yang berkembang dengan varian yang ada sekarang," ujar Dante.
Sementara Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku Adisamito menjelaskan, hasil penelitian penyuntikan dosis keempat vaksin MrNa terbukti efektif meningkatkan level antibodi dan imunitas seluler tanpa menimbulkan efek samping atau KIPI. Wiku menambahkan, pemberian dosis keempat vaksin Covid-19 itu akan dilakukan secara bertahap, sesuai prioritas risiko penularan, khususnya orang dengan gangguan imunitas dengan jenis vaksin yang sesuai dengan kemampuan penerimaan tubuh.
"Mekanisme pemberian vaksin dosis keempat akan tetap mengikuti skala prioritas, sebagaimana vaksinasi yang dilakukan sebelumnya. Sehingga sangat memungkinkan adanya perluasan target sasaran mengingat tidak hanya tenaga kesehatan yang berisiko tertular," ujarnya.