Kamis 04 Aug 2022 19:22 WIB

Satgas Minta Indonesia Belajar Kenaikan Kasus Covid-19 Negara Lain

Wiku minta masyarakat agar tetap waspadai kemungkinan lonjakan kasus. 

Rep: Dessy Suciati Saputri  / Red: Ratna Puspita
Ilustrasi. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia perlu belajar dari penyebab kenaikan kasus di negara lain untuk mencegah terjadinya lonjakan.
Foto: Prayogi/Republika.
Ilustrasi. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia perlu belajar dari penyebab kenaikan kasus di negara lain untuk mencegah terjadinya lonjakan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, Indonesia perlu belajar dari penyebab kenaikan kasus di negara lain untuk mencegah terjadinya lonjakan. Sejumlah negara tercatat mengalami lonjakan tajam dalam satu minggu terakhir, yakni Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Singapura.

Ia menyebut, per 31 Juli, kasus positif di Jepang bahkan telah mencapai lebih dari 1 juta kasus. Sementara itu, Korea Selatan mencatatkan lebih dari 500 ribu kasus, Australia sekitar 300 ribu kasus, dan Singapura mencapai 54 ribu kasus dalam satu pekan.

Baca Juga

“Penting untuk belajar dari penyebab kenaikan kasus di negara lain agar kita dapat merefleksikannya dan mencegah semaksimal mungkin potensi tersebut terjadi di Indonesia,” kata Wiku saat konferensi pers yang disiarkan melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis (4/8/2022).

Wiku menjelaskan, kenaikan kasus di Jepang terjadi karena memasuki periode musim panas. Mobilitas masyarakat untuk rekreasi dan melakukan perjalanan baik internasional maupun domestik meningkat. Selain itu, subvarian BA.5 dan BA.2 yang menyebar dengan luas seiring dengan kegiatan publik yang semakin meningkat menjadi penyebab terbesar kenaikan kasus di Jepang.

Di Korea Selatan, kenaikan kasus terjadi karena pembukaan perjalanan internasional yang dibarengi dengan penghapusan sebagian besar peraturan menjaga jarak. Masyarakat Korea Selatan hanya mengandalkan penggunaan masker dalam mencegah penularan.

Sementara di Australia, kenaikan terjadi karena subvarian BA.5 yang menyebar luas. Hal ini diperparah dengan lonjakan kasus influenza secara bersamaan.

“Sedangkan di Singapura kenaikan terjadi juga karena subvarian BA.4 dan BA.5. Hal ini menunjukan bahwa ancaman varian baru Covid-19 tidak bisa dianggap enteng,” ujar Wiku.

Meskipun kasus di Indonesia saat ini tak tajam seperti di negara lain, Wiku meminta masyarakat agar tetap mewaspadai kemungkinan terjadinya lonjakan kasus. “Kita perlu meminimalisir potensi terjadinya lonjakan kasus dengan belajar dari negara-negara tersebut,” tambah dia.

Karena itu, Wiku pun mengajak masyarakat untuk kembali menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Dengan demikian, daya tahan tubuh akan semakin meningkat dan dapat meminimalisir potensi timbulnya gejala sedang dan berat.

Selain itu, ancaman subvarian BA.4 dan BA.5 saat ini juga perlu diantisipasi dengan pengetatan kembali protokol kesehatan secara menyeluruh dan benar. “Tidak hanya memakai masker, namun juga menjaga jarak dan mencuci tangan. Hal ini terbukti berdampak positif untuk menurunkan kasus di beberapa negara lain contohnya adalah Prancis dan RRT yang kembali menerapkan wajib masker kembali baru-baru ini,” jelas dia.

Wiku menyampaikan, peningkatan kasus yang terjadi juga berpotensi disebabkan oleh menurunnya kekebalan masyarakat terhadap Covid-19. Karena itu, masyarakat diminta agar segera mendapatkan vaksinasi booster atau dosis ketiga. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement