Selasa 02 Aug 2022 17:40 WIB

Pengamat: Tingkat Pengenalan Parpol Baru Masih Rendah

Pengamat dari lembaga survei menilai tingkat pengenalan parpol baru masih rendah.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Bilal Ramadhan
Ketua KPU Hasyim Asyari memberikan sambutan saat menerima Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilihan Umum Tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (1/8/2022). Pengamat dari lembaga survei menilai tingkat pengenalan parpol baru masih rendah.
Foto: Prayogi/Republika
Ketua KPU Hasyim Asyari memberikan sambutan saat menerima Pendaftaran Partai Politik Calon Peserta Pemilihan Umum Tahun 2024 di Gedung KPU, Jakarta, Senin (1/8/2022). Pengamat dari lembaga survei menilai tingkat pengenalan parpol baru masih rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Indopol Survey dan Consulting, Ratno Sulistiyanto menilai bahwa partai politik baru memiliki sejumlah tantangan dalam menghadapi pemilihan umum (Pemilu) 2024. Salah satunya adalah tingkat pengenalannya ke masyarakat yang masih rendah.

Dalam survei lembaganya pada Juni 2022, hanya dua partai politik baru yang memiliki tingkat pengenalan yang cukup tinggi di masyarakat. Keduanya adalah Partai Gelombang Rakyat (Gelora) sebesar 14,31 persen dan Partai Ummat (13,33 persen).

Baca Juga

"Tingkat pengenalan terhadap partai baru masih sangat rendah, hanya Gelora dan Partai Ummat pada angka di atas 10 persen," ujar Ratno, Selasa (2/8).

Elektabilitas partai politik baru berdasarkan hasil lembaga surveinya juga masih berada di bawah 1 persen. Hanya Masyumi Reborn yang memiliki elektabilitas cukup tinggi, yang disebabkan oleh nostalgia masyarakat terhadap Partai Masyumi.

"Adapun partai politik baru yang berpotensi dipilih adalah Partai Gelora, kedua Partai Ummat, ketiga Partai Buruh, keempat PKN (Partai Kebangkitan Nusantara), dan kelima Masyumi Reborn," ujar Ratno.

Menurutnya, ada sejumlah faktor yang membuat masyarakat mau memilih partai politik baru. Pertama adalah apakah visi dan misinya yang sesuai dengan ideologi pemilih sebesar 14,72 persen.

Selanjutnya, partai tersebut bisa meyakinkan pemilih untuk melakukan perubahan (7,48 persen) dan partai tersebut diisi oleh orang muda, cerdas, dan dapat dipercaya (5,12 persen). Kemudian adalah faktor pendiri dan ketua umum partai politik baru (3,90 persen).

"Karena tingkat pengenalan terhadap partai baru masih rendah, mayoritas publik memilih untuk tidak menjawab alasan memilih partai politik baru 64,72 persen," ujar Ratno.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement