REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) DKI Jakarta, Suci F Tanjung, menyoroti tingginya konsumsi air minum dalam kemasan yang kian mengkhawatirkan. Selain sampah plastik yang meningkat, ketergantungan itu juga dinilainya menghilangkan sumber air dari masyarakat sekitarnya.
“Pemerintah punya kewajiban menjamin air tersebut tersedia setiap saat dan terjangkau,” kata Suci kepada Republika.co.id, Senin (1/8/2022).
Karenanya, segala hal yang sekiranya dapat menghambat pemenuhan hak masyarakat terhadap air bersih diniai dia harus ditanggulangi dengan segera. Hal itu termasuk soal tingginya biaya layanan air pada warga.
Dia menyambut baik, rencana Pemprov DKI melalui BUMD PAM Jaya yang akan melakukan pipanisasi layanan air langsung minum di sebagian wilayah Jakarta. Meski demikian, dia meminta DKI bisa memastikan air langsung minum itu nantinya benar-benar layak minum. Meski air tersebut bisa layak saat melalui teknologi filter, karena membunuh kuman, Suci mengingatkan pencemar lain seperti mikroplastik yang juga berpotensi.
Diketahui, Direktur Pelayanan PAM Jaya Syahrul Hasan mengatakan, pada 2023, sebagian daerah di Jakarta bisa minum langsung air dari pipa. Sumber air, kata dia, berasal dari Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Sungai Ciliwung yang ada di wilayah Jakarta Selatan.
“Jadi yang tinggal di daerah Pancoran, Kalibata dan seterusnya nanti bisa minum airnya langsung,” kata Syahrul kepada awak media, Ahad (31/7).
Dia menjelaskan, alasan air pipa daerah tersebut bisa diminum langsung tanpa dimasak, karena penggunaan pipa baru. Menurutnya, penyaluran SPAM Sungai Ciliwung benar-benar baru dan bisa digunakan tanpa perlu khawatir bakteri.
“Jangan lihat air Ciliwungnya, lihat gambaran air hasil produksinya,” lanjut dia.
Berbeda dengan jalur perpipaan tersebut, katanya, perpipaan lain milik PAM Jaya, memang banyak yang berusia lebih dari dari seratus tahun dan telah banyak terkontaminasi bakteri. Hal itu yang membedakan dengan wilayah pipa baru tadi.
Syahrul melanjutkan, SPAM inisiasi baru, letak instalasinya ada di belakang Jalan Kemuning, Pejaten Timur. Selain itu, bisa dinikmati juga nantinya di Kelurahan Rawajati, Kelurahan Pancoran, Kelurahan Cikoko, Kelurahan Duren Tiga dan Kalibata.
Meski demikian, dia juga mengatakan, selama 100 tahun PAM Jaya berdiri, cakupan jalur perpipaan memang telah mencapai 12 ribu kilometer. Namun, dia mengakui hampir setengahnya atau sekitat 47 persen jalur perpipaan itu mengalami kebocoran.
“Kebocorannya itu karena hal teknis, dan 30 persennya karena pencurian,” katanya.
Menurut dia, usia pipa kebanyakan hampir seratus tahun, menjadi kerentanan tersendiri. Terlebih, saat bakteri, kotor, dan masalah teknis membuat kebocoran makin tak terhindarkan.