REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga penelitian The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) mendorong optimalisasi penanganan stunting menjelang peringatan Hari Anak Nasional. Ia menyebut, ada banyak faktor yang perlu diperbaiki.
"Berbagai faktor yang perlu dioptimalkan untuk mengakhiri stunting di antaranya ialah memperkuat ketahanan pangan rumah tangga, kualitas layanan kesehatan, lingkungan yang ramah bagi perempuan, serta pola asuh yang berkualitas dan berperspektif gender," kata peneliti Bidang Sosial The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII) Nisaaul Muthiah saat dihubungi di Jakarta, Rabu (20/7/2022).
Angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 masih 24,4 persen. Kondisi tersebut masih jauh dari target Sustainable Development Goals (SDGs).
Menurut Nisaaul, upaya mengatasi kejadian stunting sangat penting bagi perkembangan anak dan pembangunan bangsa. Sebab, stunting merupakan ancaman besar bagi perkembangan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Nisaaul mengatakan bahwa ketahanan pangan rumah tangga sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi sejak masa kehamilan. Selain itu, lingkungan yang ramah bagi perempuan diperlukan untuk mendukung ibu dalam memberikan air susu ibu (ASI) eksklusif hingga bayi berusia enam bulan.