Senin 11 Jul 2022 19:42 WIB

Survei Terkait Presidensi G20 Cermin Agenda Ekonomi Masih Kalah oleh Isu Politik

Menurut survei Indikator, hanya 30 persen masyarakat tahu Indonesia Presidensi G20.

Personel Polda Bali berjaga menjelang pelaksanaan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Hotel Mulia, Nusa Dua, Bali, Kamis (7/7/2022). Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia, hanya 30 responden yang mengetahui bahwa Indonesia Presidensi G20 pada tahun ini. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Personel Polda Bali berjaga menjelang pelaksanaan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Hotel Mulia, Nusa Dua, Bali, Kamis (7/7/2022). Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia, hanya 30 responden yang mengetahui bahwa Indonesia Presidensi G20 pada tahun ini. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Antara

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan hanya 30 persen publik yang tahu bahwa Indonesia merupakan presidensi G20. Hal itu berdasarkan hasil survei nasional digelar 16-24 Juni 2022. 

Baca Juga

"Jadi sebagian besar masyarakat tidak tahu bahwa Indonesia merupakan presidensi G20," kata Burhanuddin dalam paparannya secara daring, Senin (11/7/2022). 

Tidak hanya itu, survei juga menyoroti soal rencana Indonesia mengundang Rusia dalam KTT G20. Hasilnya sebanyak 75,8 persen responden setuju Rusia diundang dalam KTT G20. 

"Jadi ada 75 persen masyarakat yang setuju rusia tetap diundang, meskipun ditentang oleh negara seperti Australia, Amerika, Kanada, Inggris dan Uni Eropa," tuturnya. 

Kemudian masyarakat secara umum juga setuju jika Rusia sekaligus Ukraina diundang dalam KTT G20. Total ada sekitar 78 persen yang setuju kedua negara diundang. 

"Ini kan cara pemerintah kita ketika Rusia diundang ada penentangan, kemudian Ukraina pun meskipun bukan anggota KTT G20 juga diundang untuk menetralisir kemarahan negara-negara barat, dan cara itu di-approve oleh masyarakat kita. 

Untuk diketahui survei penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Adapun jumlah sampel basis survei sebanyak 1.200 orang yang berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. 

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel basis 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error) sekitar lebih kurang 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement