Sabtu 09 Jul 2022 05:12 WIB

CSIS: Kemungkinan Kecil Kasus Shinzo Abe Terjadi pada Pemilu Indonesia

Shinzo Abe ditembak saat sedang berkampanye untuk pemilu di Jepang.

 Orang-orang berdoa setelah meletakkan karangan bunga di peringatan darurat di tempat mantan Perdana Menteri Shinzo Abe ditembak saat menyampaikan pidatonya untuk mendukung kandidat Partai Demokrat Liberal selama kampanye pemilihan di Nara, Jumat, 8 Juli 2022. Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, seorang tokoh konservatif yang memecah belah dan salah satu tokoh paling kuat dan berpengaruh di negaranya, tewas setelah ditembak dalam pidato kampanye hari Jumat di Jepang barat, kata pejabat rumah sakit.
Foto: AP/Hiro Komae
Orang-orang berdoa setelah meletakkan karangan bunga di peringatan darurat di tempat mantan Perdana Menteri Shinzo Abe ditembak saat menyampaikan pidatonya untuk mendukung kandidat Partai Demokrat Liberal selama kampanye pemilihan di Nara, Jumat, 8 Juli 2022. Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, seorang tokoh konservatif yang memecah belah dan salah satu tokoh paling kuat dan berpengaruh di negaranya, tewas setelah ditembak dalam pidato kampanye hari Jumat di Jepang barat, kata pejabat rumah sakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik Nicky Fahrizal dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan kemungkinan kecil kasus penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe saat berkampanye terjadi pada pemilu di Indonesia. "Dalam konteks keamanan pemilu di Indonesia berdasarkan pengalaman sebelumnya, dalam kondisi terkendali," kata Nicky, Jumat (8/7/2022).

Kepemilikan senjata api yang dibatasi dan diawasi secara ketat oleh aparat hukum, kata dia, menjadi salah satu faktor yang membuat pemilu di Tanah Air terkendali, aman, dan kondusif. "Kemungkinan kecil sekali ada orang yang memiliki senjata api sehingga kemungkinan kasus penembakan mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe kecil sekali untuk terjadi pada pemilu di Indonesia," kata pengamat politik CSIS tersebut.

Baca Juga

Pada konteks Indonesia, lanjut dia, yang perlu diwaspadai ketika pemilu adalah masalah disinformasi atau ancaman hoaks, lewat kampanye hitam di media sosial. "Masalah yang merusak muruah pemilu di Indonesia adalah ancaman hoaks di dunia maya. Kalau untuk kekerasan dengan senjata, baik senjata tajam maupun senjata api, kecil sekali kemungkinannya terjadi di Indonesia," ujarnya.

Nicky menegaskan, pemilu di Indonesia masih terkendali, jarang terjadi bentrokan fisik antarpendukung politik. Apalagi masing-masing tim kampanye politik betul-betul mengupayakan kampanye pemilu yang tertib dan kondusif. Hal ini, kata dia, juga didukung oleh kesiapan aparat penegak hukum yang sigap dan serius dalam pengamanan jalannya pemilu di Indonesia.

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah mengatakan bahwa pemilu di Indonesia relatif aman dan terkendali. "Berkaca dari pemilu pada tahun 2014 dan 2019 terkait dengan perseteruan politik di Indonesia yang sangat keras, bahkan terjadi konflik di lapisan bawah, tetapi di tingkat elite tidak terjadi," kata Dedi melalui pesan singkat.

Menurut dia, hal itu tentunya memungkinkan Indonesia pada Pemilu 2024 akan aman dan terkendali, seperti pemilu-pemilu sebelumnya. Dengan catatan, selama pemerintah benar dan tepat dalam menjaga keamanan.

Selain itu, lanjut Dedi, secara kultur politik masyarakat Indonesia sudah beradab dan santun dalam menjalani pemilu. Konflik sosial dan munculnya faksi-faksi lantaran adanya kelompok-kelompok elite politik yang berlebihan dalam mengambil sikap menjalani kontestasi. "Selama elite ikut menjaga keadaban politik, publik akan tunduk dan terjaga keadabannya," ujar Dedi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement