Sabtu 02 Jul 2022 19:55 WIB

Jokowi Satu-satunya Kepala Negara Ajak First Lady ke Ukraina dan Rusia

Tidak ada pemimpin negara di dunia yang diterima terbuka oleh Ukraina dan Rusia.

Presiden Jokowi bersama Iriana Widodo tiba di Stasiun Central Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022).
Foto: @jokowi
Presiden Jokowi bersama Iriana Widodo tiba di Stasiun Central Kyiv, Ukraina, Rabu (29/6/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kunjungan kenegaraan dengan membawa misi damai yang dilakukan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan first lady atau Ibu Negara Iriana Widodo ke Ukraina dan Rusia pada pekan ini, bukan hanya menuai apresiasi di jagat nasional. Masyarakat dunia internasional juga mengapresiasi Jokowi atas misi perdamaian dengan berusaha menjembatani kedua negara.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi menyoroti langkah Jokowi mengunjungi kedua negara yang sedang berperang tersebut. Burhanuddin menuturkan, kehadiran Jokowi di Ukraina dan Rusia mencatatkan sejarah penting.

Hal itu lantaran tidak ada pemimpin negara di dunia yang bisa diterima secara terbuka oleh Rusia dan Ukraina. "Ini sejarah, di mana belum ada pemimpin negara di dunia yang bisa diterima secara terbuka oleh dua negara yang sedang berperang, yakni Rusia dan Ukraina, selain Jokowi," kata Burhanuddin dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu (2/7/2022).

Baca: Indonesia dan Ukraina Sepakat Kedua Negara Bisa Kunjungan Bebas Visa

Burhanuddin juga mencatat, sejarah mampu ditorehkan Jokowi selama menjalani misi perdamaian tersebut. Dia menyebut, tidak ada pemimpin negara yang bisa masuk ke Ukraina dengan membawa Ibu Negara, termasuk turut memberikan sumbangan kemanusiaan.

"Hebatnya, ini dilakukan dengan tidak diam-diam, bahkan terbuka dan dipublikasi secara luas. (Perdana Menteri Inggris) Boris Johnson saja masuk ke Ukraina secara diam-diam dan tidak membawa keluarga," kata Burhanuddin.

Dalam pandangan Burhanuddin, ada yang membedakan Jokowi dengan kepala negara lain dalam kunjungannya ke negara konflik. Dia menyebut, Jokowi datang dengan membawa motif kemanusiaan. "Kalau tidak ada yang mendamaikan, dunia terancam krisis pangan serius. Ini karena Ukraina itu produsen gandum, sementara Rusia pupuk,” jelas Burhanuddin.

Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) juga memuji misi perdamaian Jokowi dengan berkunjung langsung ke Ukraina dan Rusia. Menurut Bamsoet, eskalasi ketidakpastian global harus segera diakhiri. Hal itu sebelum rangkaian eksesnya memperluas bencana kemanusiaan akibat terganggunya rantai pasok bahan pangan dan mahalnya harga energi.

Politikus Partai Golkar tersebut menganggap, Indonesia melalui Presiden Jokowi, telah mengambil inisiatif untuk upaya mengakhiri ketidakpastian tersebut. "Inisiatif itu ditandai oleh pertemuan Presiden Joko Widodo dengan pemimpin Rusia dan pemimpin Ukraina, plus pertemuan dengan para pemimpin negara-negara anggota G-7," jelas Bamsoet.

Baca: Prof Imron Cotan: Indonesia Bisa Tengahi Perang Rusia-Ukraina

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement