Kamis 30 Jun 2022 13:29 WIB

Sekjen MUI Ungkapkan Keresahan Soal Oligarki Politik dan Ekonomi

Oligarki politik dan oligarki ekonomi adalah problematika bangsa yang menggelisahkan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Andi Nur Aminah
 Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan saat menerima silaturahmi rombongan ICMI Muda yang dipimpin Ketua Dewan Istiqamah ICMI Muda AM Iqbal Parewangi, Ketua Presidium ICMI Muda Dr Tumpal Panggabean, dan Sekretaris Dewan Istiqamah ICMI Muda Safruddin Hamdani.
Foto: Dok ICMI muda
Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan saat menerima silaturahmi rombongan ICMI Muda yang dipimpin Ketua Dewan Istiqamah ICMI Muda AM Iqbal Parewangi, Ketua Presidium ICMI Muda Dr Tumpal Panggabean, dan Sekretaris Dewan Istiqamah ICMI Muda Safruddin Hamdani.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Sekjen MUI Buya Amirsyah Tambunan menerima silaturahim Majelis Pimpinan Pusat Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (MPP ICMI Muda) di Kantor MUI Pusat, Rabu (29/6/2022). Amirsyah menyambut mereka dengan mengawalinya dengan membacakan dua doa. 

Yang pertama, doa Nabi Musa dalam Surah Thaha ayat 25-28. Yang kedua, doa Nabi Muhammad SAW dalam Surah Al-Isra' ayat 80 saat hendak hijrah ke Madinah ketika orang-orang kafir ingin membunuhnya.

Baca Juga

"Dua doa ini sengaja saya bacakan di awal supaya menjadi penyemangat ruh jihad kita. Doa pertama itu ketika Nabi Musa berhadapan dengan Fir'aun, Terhadap perilaku-perilaku Fir'aun di Indonesia ini, semoga semangat doa itu dapat kita tularkan lewat forum yang sangat mulia ini," kata Buya Amirsyah dalam siaran pers Kamis (30/6/2022). 

"Doa yang kedua, Ya Allah masukkan kami dalam golongan yang benar. Jadikan kekuasaan penolong kami, sulthanan nashira. Jangan sampai kekuasaan menzalimi umat dan bangsa ini," ujar Amirsyah. 

Amirsyah mengajak ICMI Muda bersama-sama dengan umat untuk kompak bersatu dan tegak lurus dalam berbangsa dan bernegara. Menurut Amirsyah, salah satu kegelisahan kolektif yang dirasakan hari ini dalam kaitannya dengan problematika bangsa adalah kegelisahan menguatnya oligarki politik dan oligarki ekonomi.

Karena itu, lanjut Buya Amirsyah, ICMI Muda harus menjadi garda terdepan dan berperan aktif sebagai lokomotif perubahan yang mampu melawan kedua oligarki tersebut. “Kegelisahan kita itu disebabkan adanya oligarki politik dan oligarki ekonomi. Maka ICMI Muda dan kita semua harus mampu mengumpulkan kekuatan, kompak bersatu melawan kedua oligarki tersebut dalam rangka mendistribusikan keadilan untuk umat dan bangsa,” ujar Amirsyah yang juga Wakil Ketua Dewan Pertimbangan ICMI Pusat.

Dia kemudian menyerukan ada enam hal yang harus dilakukan dalam rangka menghadapi oligarki politik dan oligarki ekonomi tersebut. Pertama, kompak bersatu. Memperkuat persaudaraan sesama umat (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan antarsesama (ukhuwah insaniyah), dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah wathoniyah).

“Dalam menghadapi oligarki politik dan oligarki ekonomi, umat harus kompak bersatu. Dengan kekuatan persatuan umat itu maka akan menciptakan keadilan,” kata Amirsyah.

Kedua, menggunakan harta di jalan Allah dan memanfaatkan ilmu yang dimiliki. Sebagaimana sebuah hadits yang menyebutkan bahwa ada dua hal yang menyebabkan kerusakan umat di muka bumi ini, yaitu menumpuk harta dan meninggalkan ilmu.

“Karena itu, mari kita manfaatkan ilmu yang kita miliki. Dan harta yang dimiliki harus digunakan untuk mengerakkan ekonomi umat,” seru Buya Amirsyah.

Ketiga, ikhtiar merawat persatuan sesama umat melalui tenda besar umat Islam yakni, MUI. Saat ini lebih dari 70 Ormas Islam tergabung dan berhimpun di MUI bergandengan tangan sebagai himmayatul ummah dan menjadi pelayan ummat (khodimul ummah).

“Bagaimana kita menyatukan 97 persen umat yang tersebar di berbagai Ormas yang berhimpun di MUI untuk kemudian menjadi kekuatan yang kompak dan bersatu,” tegasnya.

Keempat, penguatan sosial kapital dan human kapital. Baik sosial kapital maupun human kapital, keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Karena itu, menurut Amirsyah, ICMI Muda harus memiliki kedua kekuatan tersebut.

Kelima, memiliki mental problem solver. Hari ini bangsa membutuhkan sosok yang problem solver, bukan sebaliknya problem maker. Dengan kata lain memiliki jawaba atas pertanyaan, apa problem yang dihadapi bangsa ini dan apa yang harus dilakukan.

“Karena itu kita harus menjadi problem solver bukan problem maker. Kita harus jadi umat yang dapat menyelesaikan permasalahan bukan pembuat masalah,” ujar Amirsyah.

Keenam, tegak lurus berbangsa. Dia menyerukan agar dalam berbangsa dan bernegara, ICMI Muda dapat selalu tegak lurus dan berada di jalan yang benar. “Saya selalu bilang, siapapun yang ada di negara ini harus tegak lurus. Bagaimana caranya? dalam bernegara ada konstitusi atau UU yang mesti dipatuhi,” ujarnya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement