Senin 27 Jun 2022 05:55 WIB

Glembuk Jokowi Vs Emak Banteng

Apakah Jokowi sedang memakai strategi glembuk untul taklukkan Megawati?

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan pidato politiknya saat Penutupan Rakernas II PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (23/6/2022). Dalam Rakernas II PDIP tersebut menghasilkan empat rekomendasi eksternal yaitu Ideologi Pancasila, Sistem Politik dan Pemilu 2024, Pembangunan Desa, Pemenangan Pemilu, dan Agenda Startegis Partai.
Foto:

Protes warga 

Perlakuan Mega ketika menerima Jokowi di ruang kerjanya, benar saja, memantik reaksi masyarakat. Pegiat media sosial Ade Armando memprotes ketika menonton video viral berisi suasana pertemuan antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri.

Ade Armando menyoroti beberapa hal di video viral tersebut. Pertama, dia mengkritik soal kursi yang diduduki  Jokowi pada pertemuan tersebut. "Tidak pantaslah Presiden diberi kursi semacam itu," tulis Ade di akun Instagram pribadinya @adearmando1961. Keduanya kemudian dipisahkan sebuah meja. Tampak, Jokowi duduk di kursi kayu, sementara Megawati duduk di kursi hitam yang  empuk. Ade juga menyoroti sikap Puan Maharani yang selfie dengan membelakangi Presiden Jokowi. Pengamat politik senior Abdillah Toha ikut mengecam pertemuan yang terkesan melecehkan Presiden Jokowi. 

Soal Ganjar 

Meski tidak menyebut nama, kemurkaan Megawati jelas ditujukan kepada Ganjar Pranowo. Dia menganggap Ganjar "melangkahinya". Melecehkan putusan Kongres PDIP yang telah memberinya hak prerogatif memutuskan calon presiden dari PDIP. 

Setelah diam sekian lama, rupanya Megawati turut terganggu atas hasil survei yang menempatkan elektabilitas kadernya selalu teratas. Juga pada aksi deklarasi relawan "Ganjar Pranowo RI 1". Terbaru, Ganjar masuk pula dalam daftar bakal calon presiden 2024 Partai Nasdem. Padahal, tidak bisa ditutupi calon PDIP adalah Puan Maharani, dialah representasi trah Bung Karno. Itu dikonfirmasi oleh Puan sendiri ketika ditanya wartawan dalam kunjungannya bersama Jokowi ke Ibu Kota Negara baru tiga hari lalu.

Beberapa bulan terakhir ini banyak kader PDIP yang sudah lebih dulu secara terang benderang menyerang Ganjar. Dalam konteks itulah saya menyayangkan sikap Megawati yang bukannya menengahi, malah terprovokasi menunjukkan kemurkaannya secara terbuka. Saya khawatir kemarahan yang berlebihan kepada Ganjar Pranowo bisa menjadi bumerang baginya dan PDIP: justru mengantarkan Ganjar ke Istana dan mendudukkannya di kursi presiden. Persis seperti jalan yang dulu dilalui SBY menjadi presiden RI.

Bagaimana dengan Jokowi? 

Saya melihat Megawati tampak lebih melunak dan bahkan "lumat" dibuat oleh Jokowi hari itu. Ayah Gibran dan mertua Bobby Nasution tersebut menggunakan strategi politik Glembuk Jawa. Sebelumnya, Jokowi sambil bercanda-canda jujur mengakui memang sering nakal. 

Dan, puncaknya pada pembukaan Rakernas PDIP Megawati dibuat "meleleh" dengan glembuk itu. Dengarkan pujian Jokowi di awal sambutannya. "Sejak pagi saya perhatikan, Ibu Megawati memang sangat cantik sekali dan kharismatis," ucapnya. Dan, Megawati pun merespons lebih banyak memberi pujian kepada Jokowi daripada yang diterimanya.

Semoga saja glembuk itu tidak ditujukan untuk sekaligus mendapatkan "deal" dengan Megawati untuk menambah masa jabatan presiden tiga priode. Sekurangnya memperpanjang masa jabatan Jokowi 2-3 tahun dengan berbagai alasan. Dan di dalam tenggang waktu itu, bisa dimanfaatkan untuk menaikkan elektabilitas Puan sambil mereduksi elektabilitas Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Andhika Perkasa. 

Adakah deal itu yang tentu saja dapat dikategorikan  sebagai "permufakatan jahat" elite mengkhianati konstitusi bakal menjadi kenyataan. Wallahualam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement