Rabu 22 Jun 2022 17:02 WIB

Produk Air Kemasan Galon Guna Ulang Bantu Tingkatkan Ekonomi Masyarakat

Ternyata berjualan air galon Aqua itu sangat mudah karena produknya sudah dikenal.

Ribuan pedagang kecil menggantungkan hidupnya dari berjualan AMDK (air minum dalam kemasan). (ilustrasi)
Foto: Istimewa
Ribuan pedagang kecil menggantungkan hidupnya dari berjualan AMDK (air minum dalam kemasan). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini air minum kemasan galon sudah menjadi kebutuhan penting masyarakat. Banyak pedagang kecil menjual produk air kemasan galon tanpa ada masalah dan keluhan kesehatan dari pembelinya.

Bahkan, dengan berjualan air kemasan galon banyak pedagang yang mampu meningkatkan pendapatan keluarga dan menghidupi keluarga mereka selama puluhan tahun. Para pedagang ini berharap usaha mereka tidak diganggu oleh isu isu negatif yang bernuansa persaingan usaha tidak sehat.

Menurut data Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin),  industri ini menyerap 40 ribu tenaga kerja. Belum lagi ribuan pedagang kecil yang menggantungkan hidupnya dari berjualan AMDK (air minum dalam kemasan).

Banyak kebanggaan yang disampaikan keluarga-keluarga yang bisa mencukupkan ekonomi  mereka dari usaha menjual air kemasan galon. Beberapa di antara mereka bahkan bisa menciptakan lapangan kerja baru bagi orang lain yang tidak memiliki pekerjaan.  

Umi Zahra yang tinggal di Permata Cimanggis, Tapos, Depok, misalnya, mengaku sangat terbantu dengan usaha menjual air galon ini.  Dia mengatakan sudah 12 tahun menggeluti usaha air galon dari Aqua bersama suami yang sudah tidak bekerja lagi saat itu. “Saya dan suami memutuskan untuk fokus berjualan air galon saja waktu itu. Awalnya kami hanya sebagai pedagang ritel air galon Aqua yang hanya menjual 10 galon saja,” tukasnya.

Umi mengatakan penghasilan yang diperoleh dari hasil berjualan air galon ini sangat membantu untuk mencukupkan kebutuhan ekonomi sehari-hari keluarganya waktu itu meskipun suaminya sudah tidak bekerja lagi. “Otomatis penghasilan kami saat itu hanya dari hasil menjual air galon saja. Tapi, ya alhamdulillah semuanya masih bisa tercukupi,” katanya.

Seiring berjalannya waktu, Umi merasakan ada perkembangan yang begitu pesat dalam usaha penjualan air galon yang dirintis bersama sang suaminya itu. Saat ini, penjualannya sudah mencapai 6 ribu galon ke atas. “Sekarang kami bahkan sudah punya enam karyawan. Saya juga sudah bisa beli mobil, motor roda 3, kendaraan buat karyawan untuk antar-antar barang. Saya juga sudah bisa nyewa rumah untuk dijadikan tempat operasional penjualan,” ucapnya. 

Dari hasil berjualan air galon Aqua ini, Umi mengaku juga bisa membiayai seluruh kebutuhan keluarganya, termasuk biaya keempat anaknya. Anaknya yang pertama saat ini berumur 16 tahun dan sedang bersekolah di pesantren setaraf SMA.

Anak kedua berumur 13 tahun masih SMP, dan adik nya dua lagi. “Saya mengawali usaha ini sejak anak kedua saya berumur setahun. Setelah itu ada adiknya dua lagi. Jadi, semua kebutuhan hidup kita hanya dari jualan air galon,” katanya. 

Umi berharap usahanya terus berlanjut dengan dukungan pemerintah yang menjaga industri ini dari isu-isu negatif yang berbau persaingan usaha. “Jangan timbulkan ketakutan masyarakat terhadap produk yang kami jual karena akan berdampak pada penurunan omzet kami,” kata Umi.

Pak Soleh juga punya cerita serupa. Dia dan istrinya sudah berjualan air galon Aqua sejak tahun 2010. Dia mengaku banyak terbantu dari sisi perekonomian dan membiayai sekolah anak-anaknya. “Buat ekonomi sehari-hari cukup. Kami juga bisa membantu orang yang membutuhkan air galon ini. Sejak ada kami, orang-orang sekitar tempat kami tinggal jadi tidak susah lagi membelinya,” tuturnya.

Meski belum memiliki karyawan, Pak Soleh mengatakan bisa menyekolahkan anak pertamanya hingga lulus SMK dan saat ini malah sudah mendapatkan pekerjaan. Sedang anak keduanya saat ini masih sekolah di SMK.

Tidak hanya itu, dari hasil berjualan air galon, dia juga bisa melunasi cicilan mobilnya. ”Alhamdulillah sekarang sudah punya roda empat dan cicilan sudah lunas selama 4 tahun.  Saya juga diberkahi anak ketiga lagi yang sekarang usianya sudah 18 bulan. Semua itu saya dapatkan dari hasil berjualan air galon ini,” ujar pria yang tinggal di sekitar Jalan Raya Bogor, Depok ini.

Penjual air galon lainnya, ibu Fajar, yang sudah 7 tahun menekuni usaha air galon Aqua juga menyampaikan rasa syukurnya dari hasil yang didapatkan dari usahanya ini. “Alhamdulillah sangat ngebantu saya. Apalagi suami juga tidak kerja lagi dan hanya di rumah saja membantu usaha ini. Kebutuhan rumah tangga kami bisa tercukupi. Saya juga bisa menyekolahkan ketiga anak-anak saya. Dua anak saya bahkan sudah lulus S1 dan anak ketiga sekarang masih di SMK,” tukas ibu yang tinggal di Perumahan Bhakti ABRI Depok ini. 

Ibu Nurzaleha, juga merasakan hal serupa. Awalnya dia hanya menjual 1.000 galon per bulan, tapi sekarang sudah 4.000 galon. Dari hasil penjualan air galon Aqua, dia mengaku bisa menambah armada mulai dari motor sampai membeli mobil bak untuk melayani konsumen.

“Saat ini, kami melayani mulai dari konsumen rumah tangga sampai masuk ke kantor-kantor dan perusahaan-perusahaan. Saya juga bisa mempekerjakan tambahan tiga karyawan untuk membantu mengembangkan usaha ini,” ujarnya.

Ibu Yetty, yang mulai membuka usaha air galon ini dari tahun 2019, mengatakan hanya memiliki 60 galon saja. Seiring waktu, penjualan semakin meningkat dan kini sudah punya 500 galon dengan penjualan sampai 3.000 galon per bulan.

“Hasil penjualan bisa saya sisihkan untuk membeli kendaraan roda empat agar bisa melakukan pengantaran ke rumah-rumah konsumen agar lebih efisien. Yang paling menyenangkan, saya jadi punya penghasilan pribadi dan bisa membantu biaya sekolah keponakan, membantu berobat orang tua, dan bisa membantu saudara serta teman,” katanya. 

Adapun Hj Sukmawati mengawali usaha air galon ini pada akhir 2013. Saat itu dia mengalami kesulitan ekonomi karena suaminya terkena stroke. Saat itu dia sudah menjual sebagian aset keluarga untuk pengobatan suaminya.

Tabungan pun mulai menipis. Dia bingung untuk mencari usaha di usianya yang sudah 50 tahun waktu itu. “Saya pun mencoba berjualan air galon Aqua dengan membongkar garasi untuk dijadikan tempat usaha berjualan,” tutur ibu yang tinggal di Kawasan Alam Sutera, Tangerang ini.

Awalnya, dia hanya membeli 50 galon dan terjual hanya dalam waktu 3 jam. Dari situ, dia merasa yakin untuk serius menjalani bisnis air galon. “Ternyata berjualan air galon Aqua itu sangat mudah karena produknya sudah dikenal. Berkat dukungan berbagai pihak, penjualan saya sekarang sudah empat ribu galon per bulan dengan tiga karyawan. Dari hasil berjualan air galon Aqua ini, saya juga bisa kembangkan lagi untuk berjualan gas dan sembako. Biaya pendidikan kedua putri saya di Fakultas Kedokteran juga bisa saya penuhi hingga sekarang mereka sudah menjadi dokter,” katanya mengisahkan. 

Ibu Lia dari Rawa Bali, Pulogadung, Jakarta Timur, juga merasakan keberkahan dari hasil berjualan air galon Aqua. Dia bersama suami sudah memulai usaha ini sejak tahun 2014. “Saya jalankan usaha ini bersama suami. Pertama kali buka kita mengumpulkan modal seadanya untuk menyetok 100 galon,” ujarnya. 

Saat ini, dia mengatakan penjualan sudah mencapai 5.000 galon per bulan. “Dari hasil penjualan ini, kami sudah punya dua kendaraan operasional untuk pengantaran produk ke konsumen oleh karyawan kami. Alhamdulillah, dari usaha ini saya juga bisa menyekolahkan adik-adik dan membantu perekonomian keluarga,” katanya.  

sementara, ibu Nani, mengaku penghasilan suami sebagai PNS tidak mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga. Untuk membantu ekonomi keluarga, dia memutuskan untuk berjualan Aqua galon dengan berpikiran air merupakan kebutuhan pokok dan brand Aqua sudah dikenal masyarakat. “Tahun 2010 kami mulai berjualan Aqua galon di teras rumah. Waktu itu kami hanya memiliki 10 galon yang dibeli dari agen. Yang mengantar suami saya sebelum dan sepulang kerja,” tuturnya.

Karena permintaan meningkat, dia dan suami memutuskan untuk menambah persediaan hingga 50 galon. Sekarang, Ibu Nani sudah memiliki 600 galon dengan volume penjualan mencapai 4.000 galon per bulan. Dia juga sudah memiliki tiga karyawan.

“Hasil penjualan kami sisihkan untuk membeli tanah kavling di sebelah rumah dan sudah dibangun menjadi tempat usaha. Tahun depan suami mau pensiun dari PNS. Tapi, saya merasa tenang karena usaha ini sudah berjalan dan bisa dijadikan sumber penghasilan untuk menyokong kebutuhan kami. Bahkan, saya bisa menyekolahkan anak saya hingga jenjang kuliah dari usaha ini,” tukasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement