REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Siapa tak kenal Tuanku Imam Bonjol? Sosok pahlawan nasional yang begitu mahsyur atas perjuangannya mempersatukan kaum padri (kaum agama) dan kaum adat dalam perjuangan melawan Belanda. Namun, meski kepahlawanannya demikian ternama, masih banyak yang belum tahu bahwa beliau berasal dari ranah yang indah, yang dilintasi Garis Khatulistiwa di Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman.
Begitu ungkap Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy dalam pembukaan Pasaman Equator Festival (PasEFest) 2022, sekaligus penanda deklarasi Pasaman Land of The Equator, Ranah Khatulistiwa, di Taman Museum Imam Bonjol, Pasaman, Kamis (16/6/2022).
Wagub mengatakan, nilai historis yang diwariskan Imam Bonjol dan keunikan geografis Pasaman sebagai Land of The Equator merupakan sebuah perpaduan ikon menarik yang harus dipatenkan dan diangkat sebagai kekayaan intelektual Pasaman dan Sumatera Barat untuk menarik minat wisatawan.
Sebagai Kabupaten yang tengah bergerak secara progresif menjadi destinasi wisata baru, Menurut Wagub potensi besar Pasaman kini tengah di explore dengan dedikasi yang tinggi oleh pemerintah daerah. Belum lagi dalam waktu dekat Pasaman akan membangun planetarium yang diperkirakan akan menjadi yang terbesar di Sumatera, serta rencana kerja sama dengan BKSDA untuk pemugaran taman suaka alam di Rimbo Panti.
"Disamping nilai historis, geografis, dan pembangunan planetarium, Pasaman juga punya agrowisata jeruk dan strawberi, ada pula arung jeram dan wisata menyusur sungai dengan sampan di antara lembah, seperti di Amazon. Orang berwirasata kan pasti pergi ke beberapa tempat, Pasaman punya berbagai pilihan menarik yang kini kita branding sebagai Land of Equator City dan PasEFest," kata Wagub, dalam siaran persnya.
Oleh karena itu, ia berpesan agar masyarakat Pasaman bersiap, karena menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi membutuhkan perubahan paradigma, terutama berkaitan dengan hospitality, menjadi tuan rumah yang baik dan menjaga kebersihan lingkungan sebagai salah satu kunci keberlangsungan pariwisata.
Sementara itu, Bupati Pasaman Benny Utama menyampaikan, PasEFest dan Land of Equator City merupakan upaya mewujudkan perioritas pembangunan prioritas untuk menjadikan Pasaman sebagai tujuan wisata. Menampilkan wisata sejarah berpadu pertunjukan seni budaya bertepatan dengan momentum titik kulminasi Matahari yang hanya terjadi dua kali dalam setahun.
"Diselenggarakan pada 16-19 Juni 2022, PasEFest pertama ini digelar dalam bentuk perayaan anak nagari menyambut deklarasi tersebut, dengan mengusung tema Merayakan Keragaman Budaya di Khatulistiwa," tutur Benny.
"PasEFest dipusatkan di kawasan terpadu Museum Tuanku Imam Bonjol dan titik kulminasi equator, serta di tiga desa wisata unggulan Pasaman, Nagari Simpang; Jambak; dan Lubuak Gadang. Ini adalah sebuah event yang meramu warisan sejarah, budaya dan keunikan alam yang terdapat di Pasaman," lanjutnya.
Menyambut transformasi kampung halaman Imam Bonjol itu sebagai Land of The Equator, dalam waktu dekat Pemerintah Pasaman juga akan menyelenggarakan sayembara pembuatan logo dan tugu Pasaman Land of The Equator sebagai simbol yang akan memperkenalkan Pasaman di kancah pariwisata internasional.