Kamis 16 Jun 2022 16:32 WIB

20 Pasien BA.4 dan BA.5 Sudah Sembuh, Hanya Satu Bergejala Sedang

Menkes perkirakan puncak kasus subvarian BA.4 dan BA.5 bisa mencapai 25 ribu kasus.

Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Foto:

Data Kemenkes mencatat lima provinsi di Indonesia mengalami kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi sejak 10 Juni 2022 hingga saat ini. Kenaikan kasus Covid-19 terjadi sejak 10 Juni 2022 dengan 627 kasus. Tiga hari kemudian sempat turun lalu sekarang naik lagi ke 1.242 kasus.

Lima provinsi dengan angka kasus tertinggi secara nasional di antaranya Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Penyebab utama kenaikan kasus adalah kemunculan varian baru Covid-19 yang menjadi bagian dari dinamika pandemi. Kenaikan kasus yang mungkin terjadi saat ini,  dipengaruhi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

Puncak kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 diperkirakan mencapai 25 ribu kasus per hari. Perkiraan itu didasarkan pada pemantauan kasus varian tersebut di negara lain.

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, di Afrika Selatan sebagai negara pertama teridentifikasinya varian baru SARS-CoV-2 tersebut, puncak kasus BA.4 dan BA.5 hanya sepertiga dari puncak kasus Covid-19 akibat infeksi varian Omicron atau Delta sebelumnya.

Itu artinya, jika pada saat puncak varian Delta dan Omicron sebelumnya di Indonesia terjadi 60 ribu kasus per hari, maka diperkirakan puncak Omicron subvarian baru BA.4 dan BA.5 hanya akan mencapai 20 ribu hingga 25 ribu kasus per hari.

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Laura Navika Yamani menilai munculnya subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 artinya tidak ada yang tahu wajah Covid-19 selanjutnya seperti apa. Sehingga, subvarian ini perlu diinvestigasi karena dikhawatirkan bisa menghindari antibodi yang sudah terbentuk.

"Kita tidak tahu wajah Covid-19 selanjutnya seperti apa. Kebetulan ada varian baru dari jenis yang sama yaitu omicron tetapi dengan tipe yang berbeda," ujar Laura saat dihubungi Republika, Rabu (15/6/2022).

Dengan kondisi sub varian BA.4 dan BA.5 telah memasuki Indonesia, Laura merekomendasikan adanya investigasi terkait subvarian ini, termasuk mencari tahu kemunculan varian baru ini berkaitan dengan peningkatan kasus dengan kemuculannya. Sebab, Laura mengingatkan kini sudah banyak orang yang punya kekebalan tubuh untuk menghadapi Covid-19, baik yang sudah mendapatkan vaksin maupun orang yang terinfeksi natural.

"Kemudian, memunculan subvarian baru dikhawatirkan bisa menghindari antibodi. Artinya antibodi tidak mengenal sub varian ini," katanya.

Laura mewanti-wanti subvarian ini masih bisa berkembang walaupun sudah memiliki antibodi. Untuk mencegah penularan sub varian ini, Laura menegaskan caranya tak bisa mengandalkan vaksin saja melainkan juga dikombinasikan dengan menerapkan protokol kesehatan (prokes).  

"Prokes kan tidak melihat apakah varian baru atau varian lama, penerapannya bisa mencegah penularan. Karena prokes bisa mencegah semua varian, baik yang baru atau lama," ujarnya. 

photo
Penyebaran omicron BA.4 dan BA.5. - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement