Senin 13 Jun 2022 17:00 WIB

Ini Dua Isu Utama yang Dibahas di Rakernas Nasdem

Partai Nasdem akan menggunakan sistem bottom up untuk menjaring aspirasi pihak.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus Yulianto
Ketua Umum Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh (kanan) didampingi Ketua Umum Garda Pemuda NasDem Prananda Paloh (kiri) memimpin Apel Siaga Nasional Garda Pemuda NasDem dalam rangka Rapat Kerja Nasional (Rakernas).
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Ketua Umum Nasional Demokrat (NasDem) Surya Paloh (kanan) didampingi Ketua Umum Garda Pemuda NasDem Prananda Paloh (kiri) memimpin Apel Siaga Nasional Garda Pemuda NasDem dalam rangka Rapat Kerja Nasional (Rakernas).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Nasdem akan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas), Rabu (15/6). Ketua Steering Committee (SC) Rakernas Nasdem, Prananda Paloh, mengatakan, ada dua topik yang menjadi tema utama yang dibahas dalam rakernas nanti. 

"Pertama konsolidasi internal Partai Nasdem dari tingkat pusat sampai juga dengan tingkat ranting, memperkokoh memperkuat atau pun juga mengganti kita anggap belum maksimal agar kita bisa menuju dua besar di 2024 nanti," kata Prananda dalam konferensi pers, di Nasdem Tower, Gondangdia, Jakarta. 

Prananda menambahkan, tema kedua yang pasti dibahas dalam rakernas adalah terkait persiapan Pilpres 2024. Partai Nasdem akan menggunakan sistem bottom up untuk menjaring aspirasi dari berbagai pihak, mulai dari mahasiswa, akademisi, tokoh agama, kader tingkat ranting hingga tingkat pusat.

"Nanti rakernas kondisinya akan dibagi tiga, komisi A dan penggalangan opini, B ideologi organisasi dan periodisasi dan, C pemenangan pemilu," ujarnya.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Nasdem, Johnny G Plate, mengatakan rakernas Partai Nasdem akan merekomendasikan tiga-empat nama calon presiden. Nantinya, di antara sejumlah nama yang direkomendasikan akan dipilih satu nama oleh Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh. 

Namun, dirinya belum mau mengungkap kapan  satu nama itu akan diumumkan. Dirinya mengataan, hal itu sangat tergantung pada dinamika politik yang berkembang.

"Lebih cepat lebih baik,tapi waktunya harus tepat. Belum tentu lebih cepat itu lebih cepat," ungkapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement