REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Panitia Pembangunan Masjid At-Taufiq, Ahmad Basarah, mengatakan ide awal pembangunan Masjid At-Taufiq yang diresmikan Presiden Joko Widodo pada Rabu ini berawal dari pemikiran Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Basarah menjelaskan, proses dimulai ketika terjadi alih fungsi Kantor DPP PDIP di Jalan Lenteng Agung Nomor 99 Jakarta Selatan, dari kantor pusat partai menjadi Sekolah Partai. Sekolah Partai menjadi sarana kaderisasi Partai, sehingga banyak kader dari seluruh Indonesia yang wajib datang ke Sekolah Partai ini untuk mengikuti kaderisasi-kaderisasi partai.
Lantaran mayoritas kader banyak yang beragama Islam, maka kemudian muncul kebutuhan sarana atau tempat ibadah. Apalagi, mushala partai yang ada sudah tidak memadai lagi."Sehingga, akhirnya muncul pemikiran Ketua Umum Ibu Megawati untuk menyediakan sarana ibadah bagi kader-kader-nya yang beragama Islam untuk menunaikan shalat lima waktunya, terutama apabila mereka harus mengikuti Shalat Jumat berjamaah," tutur Basarah.
Akhirnya, pemikiran Bu Mega itu ditindaklanjuti, dijabarkan, dan kemudian diterjemahkan oleh Ketua DPR yang juga Ketua DPP PDIP Puan Maharani."Mbak Puan lah yang kemudian mengambil inisiatif dan prakarsa untuk membangun Masjid At-Taufiq ini, yang kemudian masjid ini didedikasikan, diperuntukkan, bukan hanya sebagai saran ibadah bagi kader PDI Perjuangan atau pengurus Partai yang berada di Sekolah Partai ini, tetapi juga untuk sarana ibadah umat Islam di lingkungan kantor DPP PDIP ini," papar Basarah.
Peletakan batu pertama pembangunan Masjid At-Taufiq dilakukan pada 8 Juni 2018 lalu. Kemudian pembangunannya dimulai pada Desember 2018. Prosesnya rampung pada Juli 2020.
Namun peresmiannya tertunda karena pada Juli 2020, pandemi Covid-19 masuk ke tengah-tengah masyarakat.Masjid At-Taufiq ini dibangun di atas lahan seluas 1.800 meter persegi dengan daya tampung sekitar 400-500 jamaah.
Konsep bangunan Masjid At-Taufiq ini diambil dari konsep Islam Nusantara yang berkemajuan, yang sesuai dengan Trisakti Bung Karno yang ketiga, yaitu berkepribadian yang berkebudayaan Indonesia. Sehingga dengan demikian, kata Basarah, konstruksi bangunan Masjid At-Taufiq memadukan konsepsi Islam Nusantara yang berkemajuan, dengan terdapat unsur-unsur kearifan lokal. Yakni bangunan masjid yang mengikuti adat istiadat Palembang, Sumsel, daerah asal Almarhum Taufiq Kiemas, dan adat Minang.
Selain itu, juga mengandung unsur-unsur kepartaian."Sehingga dengan demikian secara keseluruhan, konsep bangunan Masjid At-Taufiq ini mencerminkan nasionalisme religius-nya Bangsa Indonesia," jelas Basarah.
Dia pun menuturkan, Masjid At-Taufiq ini memiliki dua makna filosofi. Makna filosofi yang pertama adalah diambil dari kata "Taufiq" yang dalam bahasa Arab mengandung pengertian sebagai "Wafaqa"."Wafaqa" itu adalah "Irodah" atau sebuah ketentuan Ilahi yang dijalankan oleh makhluk-makhluk-Nya.
Kata "Taufiq" juga dapat mengandung pengertian sebagai sebuah limpahan rahmat dan petunjuk bagi umat manusia. Di sisi lain, kata Masjid At-Taufiq juga diambil dari nama almarhum H Muhammad Taufiq Kiemas, tokoh utama dan pendiri PDIP, yang juga Ketua MPR RI 2009-2013.
"Yang mana dengan demikian Masjid At-Taufiq yang berasal dari kata Taufiq Kiemas itu juga dimaksudkan untuk mengenang jasa-jasa dan perjuangan almarhum Muhammad Taufiq Kiemas semasa hidupnya dan sekaligus masjid ini diniatkan untuk mendoakan almarhum agar segala amal perbuatannya semasa hidup diterima oleh Allah SWT dan almarhum mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT," ujar Basarah.