Selasa 07 Jun 2022 17:51 WIB

Pulau Salad Sukses Jadi Tempat Prapelepasliaran Orangutan Kalteng

Semakin banyak orang utan dari Pulau Salat yang dikembalikan ke alam liar

Pelepasliaran orang utan dari Pulau Salad ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR).
Foto: istimewa/doc humas
Pelepasliaran orang utan dari Pulau Salad ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pulau Salat sukses menjadi tempat prapelepasliaran orang utan di Kalimantan Tengah. Pulau ini menjadi terobosan baru dan solusi menyelamatkan orang utan.

Gugusan Pulau Salad, yang berada di area konservasi PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), telah resmi menjadi tempat prapelepasliaran orangutan sejak 2017. Di awal Juni ini, ada empat  orang utan yang kembali dilepasliarkan ke Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TNBBBR).

Dalam siaran pers disebutkan, pelepasliaran ini bekerjasama dengan ayasan Borneo Orangutan Survival (BOSF) . Adapun keempat orang utan yang dilepasliarkan terdiri  2 jantan yakni Jazzboy dan Dius, serta 2 betina yakni Itang dan Sebangau.

Head of Sustainability SSMS Henky Satrio, menyatakan, semakin banyak orang utan dari Pulau Salat yang dikembalikan ke alam liar menandai keberhasilan Gugusan Pulau Salat yang dipilih sebagai Pulau Pra-Pelepasliaran. “Keberadaan pulau ini menjadi terobosan baru dan solusi yang cukup baik dalam upaya menyelamatkan dan melestarikan orangutan yang hampir punah di Kalimantan Tengah,” papar dia.

Pada kesempatan yang sama, Pulau Salat juga kembali kedatangan empat penghuni baru, keempat individu orangutan tersebut terdiri dari 1 jantan (Happy)  dan 3 betina (Jessy, Jengyos, Kapuan).

Pemindahan empat orang utan ke Pulau Salat dihadiri dan dilakukan oleh Chief Operation Officer SSMS M. Syafril Harahap, Chief Financial Officer SSMS Hartono Jap dan  Head of Sustainability SSMS Henky Satrio Wibowo.

Dari 2016 hingga 2022, total orang utan yang sudah menempati Pulau Salat sebanyak 104 individu, 43 individu di antaranya telah dilepasliarkan ke alam liar.

Syafril Harahap menyatakan, kerjasama dengan BOSF merupakan kesempatan baik untuk menunjukkan kontribusi SSMS terhadap upaya pelestarian lingkungan dan satwa liar di Kalimantan Tengah. SSMS berharap adanya program prapelepasliaran ini menjadi insipirasi bagi para pelaku industri sawit sehingga semakin banyak pihak yang bersinergi untuk menyelamatkan populasi Orangutan. "Hal ini menunjukan bahwa SSMS sangat peduli terhadap lingkungan dan makhluk hidup untuk menundukung komitmen keberlanjutan,” papar Syafril.

Dalam waktu dekat, SSMS akan menggali potensi sumberdaya Pulau Salat untuk mengajak masyarakat Pulang Pisau mengembangkan ekowisata dengan unsur edukasi dan pemeliharaan kawasan. Adanya pengembangan tersebut SSMS berharap dapat memberdayakan dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, serta banyak terlibat dalam melestarikan lingkungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement