Selasa 31 May 2022 12:28 WIB

KPK Singgung Integritas Penyelenggara Negara di PLN

KPK melakukan pencegahan korupsi melalui perbaikan sistem dan peningkatan integritas.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Ilham Tirta
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nurul Ghufron.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Nurul Ghufron menjelaskan, hubungan nilai integritas SDM termasuk penyelenggara negara. Hal tersebut disampaikan saat menjadi pembicara dalam bimbingan teknis pemberdayaan dunia usaha antikorupsi KPK dengan PT PLN.

Awalnya, Ghufron menjelaskan, dua cara pencegahan korupsi yang dilakukan KPK, yakni melalui perbaikan sistem dan peningkatan integritas. Dia mengatakan, sistem yang tidak jelas akan membuat masyarakat enggan berurusan dengan hal tersebut hingga pada akhirnya menggunakan calo.

Baca Juga

Dia melanjutkan, ketidakjelasan itu termasuk waktu, biaya, dan syarat prosedur. Menurutnya, ketidakjelasan ketiga hal itu akan menumbuhkan keberadaan calo yang pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh oknum tertentu yang hidupnya bukan untuk korporate atau negara, tapi untuk dirinya.

"SDM yang numpang hidup maka pasti, banyak korporate mungkin mau kolaps, tapi pegawainya kaya. Dalam hal negara, mungkin negara banyak utang, APBN minus, tapi penyelenggara negaranya hidup kaya raya. Karena itu, levelnya hanya ingin numpang hidup di Indonesia," kata Ghufron di Jakarta, Selasa (31/5/2022).

Dalam kesempatan itu, Ghufron juga menjelaskan hubungan antara SDM dengan korporate atau antara penyelenggara negara dengan negaranya. Dia mengatakan, ada tiga struktur hubungan antara penyelenggara negara dengan negaranya yang dapat digunakan untuk pengembangan SDM ke depan.

Level pertama yakni SDM yang hadir dan merasa ada di korporate untuk memenuhi kebutuhan. Ghufron menjelaskan, SDM demikian hanya mencari pemenuhan kebutuhan di korporate.

Dia melanjutkan, mereka hadir di kantor, bekerja untuk memenuhi kebutuhan karena jadi numpang hidup saja di korporate. Ghufron mengatakan, SDM demikian biasanya akan malas-malasan ke kantor dan merasa terbebani dengan pemberian tugas.

Dia melanjutkan, relasi yang terbentuk yaitu pegawai tersebut hadir karena diwajibkan.

"Ini yang kemudian hidupnya hanya numpang di perusahaan, maka kalau ada kesempatan dia akan nyari lebih dari yang telah didapat karena memang niatnya, komitmennya, integritasnya numpang hidup di korporate. Yang begini-begini jamak ini biasanya pekerja pada umumnya," katanya.

Level kedua adalah profesional. Ghufron menjelaskan, mereka adalah SDM yang berdedikasi pada kemampuannya. Sehingga ditempatkan dimanapun tidak menjadi soal karena mengutamakan hati dan kemampuan.

Sedangkan level SDM ketiga atau tertinggi adalah yang memiliki kecintaan dan kesyukuran pada korporate atau negara. Dia mengatakan, mereka yang di level ini tidak akan berharap mendapat keuntungan tertentu, tapi hanya akan mengabdi pada negara.

"Level cinta ini dia mengabdi. Kalau sudah cinta pada PLN, sudah cinta negara, dia tidak berharap mendapat keuntungan, tapi dia berbuat yang terbaik untuk bangsa dan negara. Jadi perbaiki sistemnya dan juga integritas karena integritas juga adalah roadmap sendiri," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement