Senin 30 May 2022 13:00 WIB

Pengamat Nilai PKS tak akan Bergabung dengan KIB

Ini karena, PKS kemungkinan besar akan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Agus Yulianto
Direktur Eksekutif KedaiKopi, Kunto Adi Wibowo
Foto: istinewa/doc humas unpad
Direktur Eksekutif KedaiKopi, Kunto Adi Wibowo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Kelompok Kajian dan Diskusi Opini Publik Indonesia (KedaiKOPI), Kunto Adi Wibowo menilai peluang bergabungnya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) sangat kecil. Bahkan, besar kemungkinan PKS tak bergabung dengan koalisi yang diinisiasi oleh Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Alasan pertama, PKS kemungkinan besar akan mengusung Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) untuk 2024. Sedangkan Koalisi Indonesia Bersatu, dikabarkan akan mengusung Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto sebagai capres.

"Kalau PKS mendorong Anies Baswedan, tidak akan bisa maju lewat KIB, karena Golkar paling besar sharenya di koalisi tersebut," ujar Kunto lewat pesan singkat, Senin (30/5).

Alasan kedua, Koalisi Indonesia Bersatu telah diisi oleh partai dengan basis massa pemilih Muslim, yakni PAN dan PPP. Jika PKS bergabung dengan koalisi tersebut, koalisi tersebut akan semakin menyempitkan pemilihnya dan fokus kepada pemilih beragama Islam.

"Kalau PKS benar bergabung dan itu akan menyempitkan pasar mereka (KIB) sendiri. Jadi ini akan jadi problem besar," ujar Kunto.

Selain itu, bergabungnya PKS ke Koalisi Indonesia Bersatu dapat membuat peluang kader dari PAN dan PPP untuk maju ke kontestasi nasional semakin kecil. Pasalnya, PKS diketahui memiliki suara yang lebih besar dari kedua partai tersebut.

Sedangkan untuk Partai Golkar sudah dipastikan akan memajukan kadernya di pemilihan presiden (Pilpres) 2024, mengingat perolehan suara mereka yang terbesar di Koalisi Indonesia Bersatu. "Kerugian lainnya, itu akan menyulitkan skenario munculnya lebih dari dua pasangan calon di Pilpres 2024," ujar Kunto.

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS), Arya Fernandes menilai PKS berpeluang akan mengusung Anies sebagai capres di 2024. Mereka kemungkinan besar akan berkoalisi dengan Partai Nasdem yang juga dekat dengan Gubernur DKI Jakarta itu.

Anies dinilainya menjadi sosok yang menarik bagi partai politik yang berada di papan tengah, seperti Partai Nasdem dan PKS. Apalagi elektabilitas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu selalu berada pada posisi tiga besar.

"Itu yang membuat dia jadi figur yang jadi opsi bagi partai-partai politik, terutama parpol menengah untuk dicalonkan dalam Pilpres 2024," ujar Arya.

Sebelumnya, Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan hadir langsung dalam perayaan Milad ke-20 Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Ia pun menggunakan kesempatan pidatonya untuk mengajak PKS bergabung dengan Koalisi Indonesia Bersatu yang telah dibentuk oleh partainya, Partai Golkar, dan PPP.

"Kami, Golkar, dan PPP mencoba membuat Koalisi Indonesia Bersatu ya itu coba. Maksudnya mudah-mudahan PKS bisa bersama-sama, maksudnya itu jangan dua lagi, calonnya jangan dua lagi Pilpres besok," ujar Zulkifli dalam pidatonya di Istora Senayan, Jakarta, Ahad (29/5).

Dia menjelaskan, polarisasi di masyarakat masih terasa pasca pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Hal tersebut merupakan dampak hanya hadirnya dua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang membuat pendukungnya mati-matian membela keduanya.

"Atmosfer kita itu pengap, negatif, dan tidak produktif. Mungkin akibat Pilpres kemarin hanya dua pasang. Karena Pilpres hanya dua pasang, para pendukung mati-matian mendukung kandidatnya," ujar Zulkifli.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement