Sabtu 28 May 2022 16:20 WIB

Hati-Hati, Ini Lho yang Bikin Remaja Penasaran Mencoba Merokok

Coba-coba merokok tidak hanya disebabkan oleh faktor pertemanan saja.

Kampanye stop merokok. (ilustrasi)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Kampanye stop merokok. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Merokok merupakan kebiasaan dan termasuk candu yang tidak sehat bagi diri seseorang. Sayangnya, tak sedikit dari remaja yang mulai mencoba untuk merokok hingga akhirnya menjadi seorang pecandu rokok.

Menurut beberapa ahli, banyak sekali faktor yang dapat menyebabkan seorang anak atau remaja mulai mencoba untuk merokok.

Baca Juga

Mengalami Cognitive Dissonance

Bukan hanya faktor lingkungan pertemanan saja yang umumnya memang dapat membuat anak atau remaja untuk merokok. Psikolog Klinis Liza Marielly Djaprie, M.Psi, CH menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan lainnya yang menyebabkan seorang anak merokok, mulai dari Cognitive Dissonance hingga rasa stres.

Dia mengatakan bahwa ketika seorang anak atau remaja sering melihat lingkungannya baik teman atau keluarga merokok. Hal tersebut bisa membuat seseorang menjadi memiliki proses berpikir yang kurang tepat atau disebut Cognitive Disorder.

"Kalau kita berbicara hubungan antara anak remaja dengan perilaku merokok, itu sebenarnya banyak faktor yang terlibat. Bisa karena mereka terekspos sejak dini akan perilaku merokok orang-orang sekitarnya. Sehingga mengalami yang kalau di psikologi itu namanya Cognitive Dissonance," kata Liza.

Liza menjelaskan bahwa Cognitive Disonance adalah proses berfikir yang kurang tepat. Seseorang yang mengalami hal ini biasanya memiliki proses berpikir yang salah menjadi benar dan sebaliknya.

Menurut Liza, hal tersebut dikarenakan sang anak mau pun remaja sering melihat orang-orang yang dituakan dalam keluarga seperti orang tua, kakak, dan lain sebagainya memiliki kebiasaan merokok. Hal inilah yang mengakibatkan sang anak berpikir bahwa kebiasaan merokok tidak apa-apa untuk dilakukan.

"Jadi proses berfikir yang kurang tepat. Yang salah jadi benar, yang benar jadi salah. Jadi bayangkan kalau anak kecil sangat terbiasa melihat orang-orang terdekatnya, apalagi figur yang dituakan merokok kan asumsinya karena ini adalah figur orang yang dituakan, biasanya anak atau remaja cenderung melihat mereka sebagai orang yang sudah pasti benar," kata Liza.

Faktor Genetik

Selain faktor proses berpikir yang kurang tepat, Psikiater I Gusti Ngurah Agastya, Sp.KJ dari klinik Angsamerah dan Pusat Rehabilitasi Ketergantungan Zat dan Obat-Obatan Ashefa Griya Pusaka juga mengatakan bahwa faktor genetik pun juga dapat menjadi alasan seorang remaja untuk mulai merokok."Jadi secara genetiknya memungkinkan seseorang lebih berisiko untuk memulai merokok," tuturnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement