Kamis 26 May 2022 23:47 WIB

Kemendikbud Gandeng Kominfo untuk Wujudkan Digitalisasi pada Sektor Pendidikan

Kemendikbud menggandeng Kemenkominfo untuk mewujudkan digitalisasi sektor pendidikan.

Acara Kick Off Transformasi Digital Sektor Pendidikan. Kemendikbud menggandeng Kemenkominfo untuk mewujudkan digitalisasi sektor pendidikan.
Foto: Istimewa
Acara Kick Off Transformasi Digital Sektor Pendidikan. Kemendikbud menggandeng Kemenkominfo untuk mewujudkan digitalisasi sektor pendidikan.

REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR – Kementerian Komunikasi dan Informatika berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi serta Dinas Pendidikan dan Olahraga Provinsi Bali membuka kegiatan “Kick-Off Transformasi Digital Pendidikan” di Bali pada Selasa, (24/5/2022).

Acara yang dibuka oleh Kepala UPTD Balai Pengembangan Teknologi dan Penelitian, Luh Made Seriarningsih ini merupakan kegiatan yang membuka serangkaian kegiatan adopsi teknologi digital di sektor Pendidikan, yang merupakan kolaborasi antara Direktorat Ekonomi Digital Kemkominfo dengan Kemdikbudristek pada tahun 2022.

Dalam sambutan awal, Direktur Ekonomi Digital Dirjen Aplikasi Informatika Kominfo, I Nyoman Adhiarna, berharap kepada tenaga pengajar agar bisa beradaptasi dengan teknologi, demi menciptakan suasana belajar yang lebih efektif dan menyenangkan dengan bantuan teknologi, meskipun peran guru menurutnya tidak bisa digantikan oleh teknologi.

“Kami menyambut baik (penggunaan teknologi dalam sektor Pendidikan) ini, karena kami percaya tidak ada yang bisa menggantikan peran bapak-ibu guru, secanggih apapun peran teknologi tersebut. Teknologi hanya sebagai sarana pendukung pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan,” paparnya kepada para audiens.

Kemudian, Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Dirjen GTK Kemendikbudristek, Yaswardi, dalam sambutannya juga menjelaskan bahwa program prioritas seperti Merdeka Belajar, Guru Penggerak, dan Kurikulum Merdeka yang diinisiasi oleh Kemendikbud merupakan upaya dalam mewujudkan Pendidikan berkualitas berbasis teknologi di seluruh Indonesia.

“Jadi konteks program program prioritas (Kemendikbud) ini dalam rangka menyiapkan Pendidikan berkualitas dari Sabang sampai Marauke, tanpa terkecuali, termasuk dalam wilayah 3T. Namun Kemendikbudristek tidak sendirian dalam menjalankan program-programnya, banyak mitra mitra taktik-strategis kita yang hebat, baik itu pemerintah provinsi, kabupaten dan kota, maupun mitra-mitra lainnya,” jelasnya.

Kepala Balai Guru Penggerak Provinsi Bali, I Wayan Surata, dalam sambutannya menjelaskan sekilas program Balai Guru Penggerak (BGP), salah satu dari Program Prioritas Kemendikbudristek, yang bertempat di Denpasar, Bali, sebagai tempat untuk berdiskusi mengenai pengembangan program Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK).

“Inilah (BGP) tempat kita nanti untuk berdiskusi tentang pengembangan dan pemberdayaan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Jadi para guru yang biasanya bergerak sendiri, sekarang mempunya wadah untuk ‘manggung’ yakni BGP,” paparnya.

Materi tentang transformasi digital Pendidikan Indonesia disampaikan oleh Tim Transformasi Digital Kantor Staf Dirjen Direktorat Jendral GTK Kemendikbud, Bambang Saras Yulistiawan, yang dimulai dari saat terjadinya pandemic COVID-19 pada 2020 silam yang “memaksa” untuk beradaptasi dengan teknologi termasuk pada sektor pendidikan.

“Proses dalam beradaptasi dengan teknologi tidak semudah yang kita bayangkan. Adaptasi dan fasilitasi teknologi kita berikan kepada guru-guru, namun tidak merata karena banyaknya keterbatasan dari pemerintah sendiri ke berbagai daerah terutama yang tidak memiliki akses internet memadai,” paparnya kepada guru guru.

Namun, jelasnya, lambat laun sudah banyak daerah secara masif yang dapat mengimbangi perkembangan teknologi untuk proses belajar. Guru-guru kini, menurutnya, sudah mulai dapat mengadaptasi teknologi dengan baik, juga bisa mengimplementasikannya kepada siswa-siswinya.

“Ekosistem pembelajaran digital kini sudah ada di hampir setiap sekolah. Jadi, pada saat ini, adanya kolaborasi kita dengan Kementerian Kominfo ini menjadi langkah besar bagi kita untuk bisa menyentuh pihak pihak yang masih membutuhkan bantuan lebih terkait adaptasi teknologi di sektor pendidikan, sehingga talenta-talenta digital seperti ini dapat terus tumbuh berkembang di semua sekolah yang ada di Indonesia,” ujarnya.

Hari berikutnya, Rabu, (25/05/2022), pada materi pertama dibawakan oleh dua narasumber sekaligus yakni Managing Director Millealab, Andes Rizky dan Founder & CEO Assemblr, Hasbi Asyadiq, yang membuka diskusi seputar teknologi pendidikan menggunakan Augmented Reality (AR) dan Virtual Reality (VR).

“Kalau ditanya (perihal ) urgensi apa yang nanti bapak dan ibu dapatkan, baik itu nanti konteksnya virtual reality, augmented reality, mixed reality, hologram, dan sebagainya, itu yang akan dipakai oleh generasi-generasi dibawah kita, yaitu anak-anak didik kita. Dan bahkan ketika anak didik kita nanti sudah dewasa, sudah menikah, anaknya (nanti), cucu didik kita, mereka yang akan memakai teknologi ini secara masif, seperti kita memakai handphone sekarang,” papar Andes.

Menurut Andes, teknologi yang diaplikasikan dalam ranah pendidikan memiliki segudang manfaat. Sebut saja seperti dapat meningkatkan skill tenaga pengajar untuk beradaptasi dengan kemajuan teknologi dan memberikan kebahagiaan kepada murid dalam proses belajar, karena teknologi bisa menjadi “jembatan” para siswa bisa memahami pelajaran-pelajaran dengan media yang lebih mengasyikkan dan menumpas kebosanan terhadap kegiatan belajar.

“Dalam ini, kami mengusung konsep Community Development Content. Jadi konten-konten yang dibuat terutama dalam Virtual Reality (VR) ini di-develop (dikembangkan) oleh guru guru sendiri, bukan oleh para development. Karena satu-satunya yang bisa membuat bahagia para anak-anak murid kita, bisa menumbuhkan rasa penasaran terhadap apa yang akan dipelajari itu hanya guru, bukan development,” jelasnya.

Dalam mewujudkan mengaplikasian teknologi dalam ranah Pendidikan, menurut Hasbi, salah satunya adalah menyederhanakan teknologi tersebut. Karena menurutnya, bagi sebagian orang, teknologi merupakan sebuah hal yang asing, dan cenderung memiliki ketakutan untuk mempelajari hal baru.

“Hal yang paling pertama kita lakukan agar teknologi ini dapat diterima oleh bapak ibu guru adalah men-simplified si-teknologinya sampai ke tingkat yang sangat-sangat-sangat simple, sampai bisa dibilang invisible. Jadi sebenarnya, technology just a tool. Guru murid menyampaikan materi, berinteraksi, berkolaborasi. Jangan sampai guru dan murid disibukkan untuk belajar ‘teknologi’-nya,” paparnya.

Kemudian materi terakhir di hari kedua dibawakan oleh CEO sekolah.id, Hendry Cahya Irawan, dan Product Manager Pahamify, Ferry Fadli, yang membuka diskusi mengenai pemetaan potensi siswa dan membahas lebih dalam perihal urgensi dari pemetaan potensi siswa terutama pasca sekolah, serta bagaimana perkembangan metode pemetaan potensi siswa dari tahun ke tahun.

Menurut Hendry, sudah terdapat beberapa sekolah yang menerapkan sistem untuk memetakan potensi siswa sebelum masuk ke sekolah tersebut untuk membagi potensi-potensi alamiah siswa. Selain, itu, dalam Kurikulum Merdeka yang menjadi Program Priotas oleh Kemendikbudristek, menurutnya, sudah dipersiapkan untuk melaksanakan metode pemetaan potensi siswa ini, dan Sekolah.id sudah mempunyai model untuk melakukan pembelajaran dengan sistem differential atau penidaksamaan materi yang diajarikan ke masing-masing siswa.

“Bagaimana cara me-mapping-kan yakni dengan menggunakan alat untuk mengetahui (potensi) siswa tersebut. Kedua, setelah mapping dilakukan, guru dipaksa untuk mencoba menerapkan pembelajaran dengan sistem differential. Karena anak-anak murid kita itu, kan, heterogen. Kita enggak bisa membuat mereka sama,” jelasnya.

Dalam diskusi ini, Ferry juga menekankan betapa pentingnya pemetaan potensi siswa, terutama dalam rentang waktu pasca lulus dari jenjang sekolah menengah menuju duduk di bangku perguruan tinggi. Menurutnya, masa-masa itu adalah masa masa penting dimana siswa akan menentukan spesifikasi profesi yang kelak akan ia jalani sedini mungkin saat duduk di bangku sekolah menengah keatas.

“Sebenernya, (siswa) harus tau sedini mungkin, kalau kita punya potensi apa, kita butuhnya apa. Siswa tau target apa yang ia akan tuju setelah dari sekolah menengah. Bukan hanya siswa, namun juga butuh kerjasama dan kolaborasi antar tiga komponen, murid, tenaga pengajar dan juga orang tua dalam mendukung setiap potensi-potensi anak kedepannya. Itulah yang menjadi fokus dari Pahamify,” paparnya.

Henry menutup serangkaian acara ini dengan sebuah pesan kepada para bapak dan ibu guru untuk terus belajar mengembangkan sektor pendidikan terutama dalam pengaplikasian teknologi dalam Pendidikan, sehingga kelak siswa-siswi Indonesia bisa lebih hebat dibanding para guru yang mengajarnya sekarang.

“Dari bapak-ibu gurulah, anak-anak kita akan menjadi anak anak hebat. Jika kita tidak menjadi guru hebat, mungkin anak anak kita akan sulit menjadi hebat. Jadi, guru yang hebat akan menghasilkan anak-anak yang hebat juga. Jadi, saya ucapkan terimakasih kepada guru-guru sekalian yang metal (Melek Digital), agar anak anak kita kelak lebih metal (Melek Digital) daripada bapak ibu gurunya,” tutupnya pada akhir sesi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement