REPUBLIKA.CO.ID, DEMAK — Banjir rob yang melanda wilayah Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah mulai mengganggu aktivitas pendidikan. Sejumlah sekolah terpaksa meniadakan proses kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah alias meliburkan para murid/ siswanya.
Salah satunya adalah SMKN 1 Sayung yang berlokasi di Jalan Raya Semarang- Demak KM 14. Banjir rob yang terjadi dalam beberapa hari terakhir membuat bangunan gedung sekolah ini terdendam genangan rob. Sehingga, sekolah itu terpaksa meliburkan aktivitas belajar para siswanya. Genangan air dampak banjir rob yang mencapai ketinggian 20 hingga 50 centimeter telah menenggelamkan halaman sekolah ini.
Tak hanya itu, air juga telah memasuki sejumlah ruang kelas maupun ruang guru. “Untuk Sementara, hari ini tidak ada KBM di sekolah, namun siswa terpaksa belajar dari rumah secara daring,” ungkap Kepala SMKN 1 Sayung, Santoso, Rabu (25/5/2022).
Menurutnya, banjir rob yang terjadi di wilayah Kecamatan Sayung yang berada di pesisir barat kabupaten Demak turut menggenangi bangunan gedung sekolah. Sekolah itu terendam sejak Senin (23/5/2022) kemarin.
Selain gedung sekolah, banjir rob juga menggenangi jalan akses manuju sekolah ini hingga ketinggian 50 centimeter. Upaya untuk mengurangi genangan banjir rob sebenarnya sudah diupayakan oleh para guru di sekolah ini, yakni dengan menyedot air yang menggenang halaman serta ruangan kelas. Namun, karena kemampuan pompa yang terbatas serta elevasi air terus meningkat dan lokasi sekolah yang berada pada kawasan cekungan, upaya untuk memompa air kurang maksimal.
Sehingga sampai saat ini, bangunan SMKN 1 Sayung masih tergenang banjir rob dengan ketinggian mulai dari atas mata kaki hingga sebatas lutut. “Kami butuh pompa air yang lebih besar, untuk splusi jangka pendek,” ujarnya.
Santoso juga mengungkapkan, banjir rob memang menjadi problem di sekolahnya dalam beberapa tahun terakhir. Awalnya, gedung sekolah SMKN 1 Sayung ini masih aman dari genangan.
Namun sejak tahun 2018 lalu, lingkungan sekolahnya mulai terdampak saat banjir rob terjadi. Sehingga, sekolah mulai menyediakan pompa air untuk menanggulangi genangan air rob Sebagai antisipasi.
“Bahkan selama ini kami sudah lima kali mengganti pompa air, karena air rob membuat usia pompa air menjadi relatif pendek, karena menyebabkan korosi dan kerusakan pompa air,” ujarnya.
Tak hanya itu, sebanyak 817 siswa di SMKN 1 Sayung ini, sebenarnya sudah terbiasa dengan kondisi itu. Namun, rob yang terjadi pada puncak pasang tahun in memang cukup tinggi jika dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya.
Untuk itu, ia berharap ada dukungan pompa air yang lebih memadai. Sehingga dampak banjir rob ini dapat teratasi. “Sehingga Kegiatan belajar para siswa di SMKN 1 Sayung ini kembali dapat dilakukan di sekolah,” kata Santoso.