Senin 23 May 2022 21:29 WIB

Cendekiawan Muda Islam Tanggapi Sikap Kepala BNPT Terkait Hal Ini

Menurut Irfaan, sisi sosiologi-agama itulah yang baru diungkap Boy Rafli.

Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat memberikan sambutan pada peresmian Masjid Sumaryati dan Peletakan Batu Pertama pembangunan Pondok Pesantren Nurul Ibad 3 yang terletak di daerah Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, beberapa waktu lalu.
Foto: dokpri
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar saat memberikan sambutan pada peresmian Masjid Sumaryati dan Peletakan Batu Pertama pembangunan Pondok Pesantren Nurul Ibad 3 yang terletak di daerah Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar, tentang pentingnya fanatisme agama yang diterapkan secara proporsional dan tidak membuat seseorang yang memegangnya memonopoli kebenaran, direspons kalangan agamawan muda. Selama ini tak sedikit kalangan yang keliru dalam menyikapi fanatisme, terutama fanatisme agama. 

“Kebanyakan, karena kurang mendalami agama, banyak pihak justru alergi dan menularkan  sikap alergi mereka yang salah tentang fanatisme agama,” kata  Koordinator Jaringan Mubaligh Muda Indonesia (Jammi), Irfaan Sanoesi, Senin (23/5/2022).

Baca Juga

Kekeliruan itu, kata Irfaan, tidak hanya datang karena dangkalnya pemahaman agama, tetapi juga kurang mengerti sisi sosiologis dari agama. Menurut Irfaan, sisi sosiologi-agama itulah yang baru diungkap Boy Rafli lewat pernyataannya baru-baru ini. 

“Karena itu, manakala Pak Boy Rafli mengatakan fanatisme terhadap agama itu bagus sekali, tetapi harus dijaga agar tidak memonopoli kebenaran atau menyatakan kebenaran secara sepihak, kami di JAMMI merasa kita sudah menemukan orang bijak yang mampu mendudukkan persoalan fanatisme agama ini secara proporsional,” kata Irfaan. 

Irfaan mengatakan, dirinya sepakat dengan Kepala BNPT yang menyatakan bahwa sejatinya setiap umat beragama patut memiliki fanatisme terhadap agamanya. 

"Manakala Pak Boy menegaskan bahwa fanatisme dalam menjalankan ibadah dan syariat agama memang merupakan hal yang harus dilakukan sebagai orang yang beriman dan bertakwa, Jammi menyatakan pernyataan Ketua BNPT itu benar,” kata dia. 

Irfaan juga setuju pernyataan Boy Rafli bahwa fanatisme agama yang tidak diikuti dengan monopoli kebenaran akan menjaga ke-bhinneka-an yang ada di Indonesia, yang pada gilirannya membuat persatuan dan kesatuan di Tanah Air terjaga.

Ia lantas menunjuk kata ‘ghirah’, yang dalam kosa kata Islam merujuk kepada fanatisme agama tersebut. 

Oleh karena itu, kata Irfaan, dirinya tidak heran kala ulama besar yang pernah Indonesia miliki, Prof Dr H Abdul Karim Amrullah (Buya Hamka), pernah pernah menulis buah pikirannya tentang ghirah dalam buku kecil berjudul “Ghirah dan Tantangan Terhadap Islam”. 

“Buya Hamka menyatakan, ghirah bermakna menjaga syaraf diri atau cemburu yang positif karena agama. Orang yang beriman akan tersinggung jika agamanya dihina, bahkan agamanya akan didahulukan daripada keselamatan dirinya sendiri. Ini pertanda masih ada ghirah di dalam dirinya, bangsa penjajahpun telah mengerti tabi’at ummat Islam yang semacam ini, jika Agamamu, Nabimu, Kitabmu dihina dan Engkau diam saja, jelaslah Ghirah telah hilang dari dirimu, Maka ganti bajumu dengan kain kafan. Demikian Buya Hamka,”kata Irfaan.

Persoalannya, kata dia, benar yang dinyatakan Ketua BNPT bahwa sikap tasamuh alias toleransi harus dikuatkan. “Tapi, sejatinya seorang yang benar-benar mendalami agama, terutama Islam karena itu agama yang saya anut, ia akan tercerahkan. Wawasannya terbuka luas, dan mustahil berpikiran picik dengan memonopoli kebenaran serta jauh dari sikap tasamuf alias toleran,” kata Irfaan. 

Dikutip dari Antara, Boy Rafli Amar mengimbau masyarakat Indonesia agar tidak menjadikan fanatisme agama sebagai alat memonopoli kebenaran demi mencegah perpecahan.

"Fanatisme terhadap agama itu bagus sekali. Akan tetapi, yang terpenting tidak boleh memonopoli kebenaran atau menyatakan kebenaran secara sepihak dan mengatakan yang lain salah," kata Boy Rafli.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement