Sabtu 21 May 2022 00:29 WIB

Pakar Sampaikan Lima Hal Terkait Aturan Pelonggaran Masker

Kebijakan baru ini perlu monitor seksama, dengan meningkatkan jumlah tes.

Rep: Dian Fath/ Red: Friska Yolandha
Spanduk imbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama menyambut baik pelonggaran penggunaan masker dalam ruangan terbuka dan pelonggaran kebijakan tes usap PCR atau Antigen bagi pelaku perjalanan.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Spanduk imbauan waspada terhadap Covid-19 dan Hepatitis terpasang di depan Madrasah Muallimat, Yogyakarta, Jumat (20/5/2022). Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama menyambut baik pelonggaran penggunaan masker dalam ruangan terbuka dan pelonggaran kebijakan tes usap PCR atau Antigen bagi pelaku perjalanan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof Tjandra Yoga Aditama menyambut baik pelonggaran penggunaan masker dalam ruangan terbuka dan pelonggaran kebijakan tes usap PCR atau Antigen bagi pelaku perjalanan. Namun, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan.

"Sehubungan kebijakan baru tentang masker ini maka ada lima hal yg saya sampaikan. Pertama, memang kasus kita sudah melandai dan angka kepositifan serta reproduksi sudah rendah. Juga di banyak negara sudah banyak yang melonggarkan pemakaian masker di luar ruangan," kata Tjandra dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Jumat (20/5/2022).

Baca Juga

Kedua, tentu kebijakan baru ini perlu monitor seksama, dengan meningkatkan jumlah tes sehingga kalau ada kenaikan kasus maka kebijakan dapat dievaluasi. Ketiga, juga perlu peningkatan pemeriksaan whole genome sequencing yang dapat mendeteksi bilamana ada varian baru, atau sub varian Omicron seperti BA.4 dan BA.5 yang bahkan sudah terdeteksi di Singapura

"Keempat, kita tahu ada tiga kemungkinan skenario varian COVID-19 yang perlu diperhitungkan kalau terjadi di bulan-bulan mendatang," kata dia.

Pertama adalah menyiapkan best scenario dimana memerlukan vaksinasi dan booster berulang. Kedua, adalah best scenario dimana keadaan jadi jauh lebih ringan dari sekarang, tetapi juga mungkin ada dan terakhir adalah worst scenario dimana kemungkinan adanya varian baru lebih mudah menyebar dan lebih parah pula, bahkan mungkin perlu penyesuaian vaksin.

"Tentu kita harapkan yang satu atau kedua yang terjadi, jangan sampai yang ketigs," kata dia.

"Kelima, karena saya kebetulan sekarang sedang di New York yang memang sudah beberapa waktu yang lalu melongggarkan pemakaian masker, ada tiga hal yang saya lihat sehari-hari," sambungnya.

Pertama, di tempat terbuka dimana tidak lagi memakai masker, namun tetap saja ada sejumlah orang yang pakai masker. Kedua, di ruangan tertutup yang masih harus pakai masker seperti kereta api dan bus serta ruang lain yang kebijakan sesuai peraturan bisnis masing-masing.

"Seperti di restoran, tempat pertunjukan maka masih ada juga orang yang tidak pakai masker," ungkapnya.

Ketiga, di banyak tempat tersedia tenda-tenda untuk orang dapat melakukan PCR secara gratis. Artinya jumlah tes dapat tetap terjaga tinggi, sesuatu hal yang baik kalau kita lakukan di Indonesia.

Sementara itu, pada 16 Mei 2022 Otoritas Kesehatan New York justru baru mengeluarkan kebijakan baru karena ada "high level of COVID-19 alert". Dalam kebijakan itu terdapat pula aturan yang menyebutkan penggunaan masker di semua ruangan umum tertutup.

"Ini adalah salah satu bentuk penyesuaian kebijakan yang mungkin juga kita pertimbangkan di hari-hari mendatang, kalau diperlukan," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement