REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peluang terciptanya tiga poros di pemilihan presiden (pilpres) 2024 mendatang masih sangat terbuka. Sebab dari sembilan partai politik penghuni Senayan, baru Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang secara terang-terangan menyatakan membangun koalisi untuk penjajakan menuju 2024.
"Nah kalau melihat peta ini bisa jadi peluangnya bisa tiga pasang. Dugaan saya blok koalisi Golkar, dua mungkin PDIP atau Gerindra, ketiga koalisi partai menengah seperti Nasdem, PKS,dan Demokrat," kata Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Center for Strategic and Internasional Studies (CSIS), Arya Fernandes kepada Republika belum lama ini.
Namun, Arya mengatakan, peta koalisi ke depan masih sangat cair meski Golkar, PAN, dan PPP telah sepakat membentuk Koalisi Indonesia Baru (KIB). Menurutnya, pembentukan koalisi ke depan bakal diwarnai dua kemungkinan.
Pertama, koalisi bakal dinamis, atau yang kedua mengerucut. "Dengan Golkar Cs sudah bikin Koalisi Indonesia Bersatu, itu akan mendorong partai-partai lain juga akan berkomunikasi, misalnya Gerindra-PDIP, belum lagi misalnya ada Demokrat, PKS, Nasdem, ini ada dua kemungkinan itu yang bisa terjadi ya, dia akan dinamis atau koalisi akan mengerucut," ujarnya.
Namun demikian, Arya kembali mengingatkan, peta koalisi masih sangat cair. Bongkar pasang koalisi masih sangat terbuka. "Itu masih cair sekali," ungkapnya.
Sebelumnya Wakil Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Jazilul Fawaid mengatakan, terbentuknya KIB membuka peluang kontestasi Pilpres 2024 akan diikuti tiga pasangan calon. Dengan demikian polarisasi di masyarakat sebagaimana terjadi pada Pilpres 2019 lalu tidak terulang lagi.
Lalu apakah PKB akan ikut bergabung dalam KIB, dia menegaskan, bahwa partainya sangat terbuka untuk berkomunikasi dengan partai mana pun.
"Gus Muhaimin sudah berkomunikasi dengan Pak Airlangga dan juga dengan parpol lain. Akan tetapi, untuk tiga parpol yang berkumpul, PKB belum memastikan sikapnya apakah bareng-bareng atau nanti membangun koalisi yang lain," ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). AHY mengatakan, partainya tidak tergesa-gesa dalam menyikapi pembentukan Koalisi Indonesia Bersatu. AHY memilih bisa berproses matang dalam menentukan koalisi.
"Saya lebih baik tidak tergesa-gesa, Karena daripada seolah-olah cepat, kemudian cepat terbentuk, (bisa) cepat juga bubarnya. Saya berharap lebih baik kami berproses dengan baik," kata AHY, Senin (16/5).
Sementara Sekjen partai Golkar, Lodewijk mengatakan, peluang Pilpres 2024 diikuti tiga pasangan sangat tergantung arah koalisi nantinya. Dirinya mengaku, belum bisa memastikan apakah Pilpres 2024 hanya akan ada tiga pasangan calon.
"Belum bisa kita pastikan, kita lihat perkembangan perpolitikan," tuturnya.
Wakil ketua DPR itu berharap, partai lain mau untuk ikut bergabung ke dalam koalisi tersebut. Ia mengatakan, pertemuan tiga ketua umum parpol pada Kamis lalu baru tahapan awal. Rencananya, KIB akan merencanakan pertemuan lebih lanjut.
"Kita harapkan semua akan ada partai-partai lain yang tentunya akan bergabung dengan koalisi bersatu ini," tuturnya.
Harapan senada juga disampaikan Ketua Majelis Pertimbangan PPP, Muhammad Mardiono. Dia menegaskan, KIB terbuka jika ada partai yang mau bergabung dalam koalisi tersebut.
"Sangat-sangat terbuka. Justru kita menginginkan kita mendahului itu agar bisa kita menjadi bagian dari koalisi Indonesia bersatu itu untuk mensukseskan pemilu 2024. Kemudian siapa capres dan cawapresnya ya tentu kita akan menginginkan yang pasti jadi. Nggak ada koalisi yang dibangun untuk kalah, nggak ada," terangnya.