Sabtu 14 May 2022 17:45 WIB

Jokowi Tegaskan Tiga Fokus Kemitraan ASEAN-AS Soal Perubahan Iklim

Jokowi tegaskan tiga hal yang dapat dijadikan fokus ASEAN-AS soal perubahan iklim

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Perubahan iklim (Ilustrasi)
Foto: PxHere
Perubahan iklim (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menegaskan tiga hal penting yang dapat dijadikan fokus kemitraan ASEAN-Amerika Serikat (AS) dalam penanganan perubahan iklim. Hal ini disampaikan presiden pada kesempatan pertemuan para pemimpin ASEAN dengan Wakil Presiden (Wapres) AS Kamala Harris, di Departemen Luar Negeri AS, Washington DC, Jumat (13/5/2022).

Pertemuan ini dipimpin langsung oleh Wapres Harris dan turut dihadiri oleh sejumlah pejabat pemerintahan AS, yakni utusan khusus untuk perubahan iklim AS John Kerry, Menteri Transportasi AS Pete Buttigieg, dan Menteri Energi AS Jennifer M. Granholm, dan kepala badan perlindungan lingkungan. Dalam diskusi ini Presiden Jokowi mengidentifikasi tiga hal penting yang dapat dijadikan fokus kemitraan ASEAN-AS dalam penanganan perubahan iklim.

"Pertama pembiayaan iklim. Bapak Presiden secara terus terang menyampaikan bahwa negara ASEAN hanya menerima sekitar 10 persen dari total dukungan pembiayaan iklim dari negara maju untuk tahun 2000 sampai 2019," terang Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dalam pengarahan pers virtual, Sabtu (14/5/2022).

Retno mengatakan, bahwa Presiden Jokowi mengkritik rendahnya komitmen negara maju untuk implementasi pembiayaan iklim. Menurut Indonesia hal ini menjadi penghambat pencapaian Nationally Determined Contributions (NDC) secara global.

Fokus kedua, yakni Presiden menyampaikan mengenai transisi energi. Menurut Retno, Presiden Jokowi menyampaikan mengenai komitmen ASEAN yang konsisten meningkatkan proporsi energi baru terbarukan dari 14 persen pada 2018 menjadi 23 persen pada 2025. Hal ini pun Jokowi katakan memerlukan dukungan pembiayaan yang tidak sedikit setidaknya investasi sebesar 367 miliar dolar AS dan transfer teknologi.

"Di Indonesia Presiden mengatakan bahwa transisi energi untuk delapan tahun kedepan memerlukan 30 miliar dolar," ujar Retno.

Selain itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan berbagai potensi yang dimiliki oleh Indonesia seperti energi surya, bayu maupun panas bumi di mana saat ini pemanfaatannya baru mencapai 0,3% dari total potensi. Indonesia juga memiliki potensi besar sebagai hak pengembangan ekosistem kendaraan listrik di kawasan.

"Ini insya Allah pada 5 tahun ke depan akan lebih kelihatan hasilnya," katanya.

Sementara itu untuk fokus ketiga adalah investasi ekonomi hijau. Presiden Jokowi menyampaikan bahwa ekonomi hijau berpotensi menghasilkan peluang ekonomi senilai 1 triliun dolar AS dan menyerap 5 sampai 6 juta pekerja hingga 2030.

"Peluang kerja sama ekonomi hijau terbuka lebar dan diperlukan mekanisme yang dapat mempertemukan bukan saja sektor pemerintah namun juga sektor bisnis," lanjut Retno. Investasi di  infrastruktur hijau pun disampaikan dapat menjadi unsur penting kolaborasi ASEAN dan AS yang memerlukan setidaknya dua triliun dolar dalam satu dekade mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement