Selasa 10 May 2022 14:46 WIB

Airlangga Dinilai Bakal Capres Netral di Tengah Polarisasi Pilpres 2024 

Polarisasi politik dinilai masih terasa hingga saat ini.

 Airlangga Dinilai Bakal Capres Netral di Tengah Polarisasi Pilpres 2024. Foto:  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melihat produk kerajinan kulit di Kabupaten Garut, Kamis (21/4/2022). 
Foto: Republika/Bayu Adji P
Airlangga Dinilai Bakal Capres Netral di Tengah Polarisasi Pilpres 2024. Foto: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, melihat produk kerajinan kulit di Kabupaten Garut, Kamis (21/4/2022). 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PolitikusAirlangga Hartarto dinilai sosok netral dalam polarisasi politik Tanah Air. Ketum Golkar itu diyakini bukan bagian dari labelisasi Kadrun maupun Cebong.

Peneliti LIPI, Wasisto Rahardjo Jati mengakui, dibutuhkan sosok untuk meredam polarisasi yang terjadi selama ini. Menurut dia, bakal Capres Airlangga menjadi salah satu kandidat yang bisa dibilang netral dalam dua kutub politik berseberangan tersebut.

Baca Juga

“Saya pikir sosok Airlangga sendiri masih dalam kategori netral dalam arus polarisasi tersebut,” kata Wasis saat dihubungi, Selasa (10/5/2022).

Namun Wasis menambahkan, posisi netral Airlangga tidak selalu menguntungkan dalam kontestasi Pemilu 2024. Menurut dia, Airlangga perlu mencari sosok yang mampu melengkapi demi meningkatkan popularitas dan elektabilitas.

Wasis menyarankan, Airlangga mencari pendamping sebagai calon wakil presiden yang memiliki popularitas tinggi. Di samping itu, Airlangga juga perlu sosok yang dianggap religius oleh masyarakat.

“Namun demikian, netralitas dalam arus politik tersebut membuat Airlangga perlu setidaknya membutuhkan sosok populis maupun religius untuk bisa menaikkan popularitas,” kata Wasis.

“Koalisi parpol pengusungnya bisa jadi kombinasi parpol nasional dan religius,” katanya lagi.

Sebelumnya, pengamat politik  Adi Prayitno terkait kebutuhan calon alternatif di pilpres 2024 mendatang. 

Sebab polarisasi politik masih terasa hingga saat ini. Polarisasi 'cebong' dan 'kadrun' itu berada dalam tiga nama yakni Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

"Muncul nama-nama lain seperti Airlangga dan bisa menjadi daya tawar atau obat tawar dari polarisasi cebong kampret," ujar Adi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement