REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago menilai, kombinasi pasangan calon presiden dari jawa dan calon wakil presiden dari luar jawa merupakan kombinasi paling ideal dalam Pemilihan Presiden (Pilpres). Menurutnya, tingkat keterpilihan kombinasi pasangan jawa dan luar jawa ini juga tinggi.
"Kombinasi ideal itu tetap jawa-luar jawa. Biasanya cawapres diambil di luar jawa, bagian dari representatif politik, tapi tetap Presidennya dari Jawa," ujar Pangi saat dikonfirmasi, Rabu (4/5).
Pangi mengatakan, representasi keterwakilan wilayah capres-cawapres juga menjadi variabel faktor penentu. Ia mencontohkan pasangan capres cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla yang sukses memenangi Pilkada pada 2014 lalu.
Karena itu, dia menilai, cawapres yang berasal dari jawa tidak terlalu penting jika capres berasal dari jawa.
Pernyataan serupa disampaikan pengamat politik sekaligus Pendiri lembaga survei KedaiKOPI Hendri Satrio. Menurutnya, besarnya kantong-kantong suara di jawa seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah ini menjadi penentu kemenangan Pilpres.
"Makanya ada slogan terkenal, jawa adalah kunci itu karena itu," kata Hendri.
Namun demikian, Hendri menilai, tingkat keterpilihan semakin meningkat jika terdapat kombinasi antara pasangan jawa dan luar jawa.
"Sebenarnya menang pilpres itu jawa plus sumatera, dominan-dominan menang, jawa plus sulawesi dan jawa dan kalimantan. nah itu makanya itu yang dikejar," ujarnya,
Hal ini, kata Hendri, terbukti jitu saat pemilihan presiden untuk periode pertama, yakni pasangan capres SBY-Jusuf Kalla pada 2004 dan Joko Widodo pada 2014. Sementara di periode kedua, pasangan jawa jawa tidak menjadi masalah.
"Awal-awal keliatannya memang kombinasi jawa luar jawa ini akan bagus dan baik sekali dan menurut survei KedaiKOPI juga kombinasi jawa luar jawa yang baik sekali untuk memenangkan pilpres," katanya.