Ahad 01 May 2022 16:40 WIB

Menakar Lonjakan Covid-19 Pasca-Lebaran 2022

Potensi penularan Covid-19 masih ada pada libur lebaran 2022. Tetap taat prokes.

Sejumlah pemudik tanpa kendaraan bersiap menaiki kapal di Pelabuhan Merak, Banten, Sabtu (30/4/2022). Pengelola pelabuhan PT ASDP Indonesia Ferry memprediksi puncak arus mudik Pelabuhan Merak akan berlangsung hingga H-2 atau 30 April 2022.
Foto:

Mobilitas warga empat hari sebelum Lebaran itu membuat peluang penyebaran virus corona semakin terbuka, walaupun pemudik disiplin menggunakan masker.

Ingat untuk varian Omicron yang sekarang mendominasi di Indonesia, masker dua lapis masih bisa tembus dan menginfeksi. Jadi jangan menganggap remeh kemampuan virus untuk mencari inang-inang baru, apalagi frekuensi saling kontak fisik selama mudik semakin besar.

Sebenarnya angka mobilitas warga justru lebih besar pada dua hari pertama Lebaran karena 90 persen penduduk Indonesia pasti ke luar rumah untuk bersilaturahim sebagai budaya ketimuran. Saat ini dalam momentum Lebaran, lumrah orang non-Muslim juga ikut berkeliling saling memaafkan dengan tetangga mereka dalam satu rukun tetangga.

Mobilitas dalam konteks Lebaran itu tidak hanya mudik ke kampung halaman tetapi juga mereka yang bergerak untuk silaturahim paling tidak ke kerabat yang masih satu kota atau wilayah aglomerasi. Untuk kaum Muslim paling tidak setengah anggota keluarga akan berbondong-bondong menuju Shalat Idul Fitri di lapangan atau masjid yang saat ini sudah dibolehkan.

Usai Shalat Id, sebagian lagi pasti berkumpul antara beberapa keluarga dalam sebuah keluarga besar. Jadi dalam hari pertama dan kedua Lebaran, mobilitas warga Indonesia menjadi luar biasa.

Budaya setiap silaturahim disertai jabat tangan dan belum ada angka pasti yang menyurvei berapa kali satu orang bersalaman selama dua hari pertama Lebaran itu. Budaya ewuh pakewuh dan adat ketimuran menghadapi orang yang lebih tua di Indonesia membuat potensi kontak fisik bersalaman semakin besar.

Jika minimal satu orang kontak dengan tiga keluarga beranggota empat orang, maka terjadi kontak 12 kali. Jadi dalam dua hari Lebaran bisa memunculkan kontak salam 12 dikali jumlah orang yang bersilaturahim.

Angkanya bisa miliaran kontak fisik yang terjadi. Ini yang perlu diwaspadai karena potensi penyebaran virus corona masih menghantui.

Melonjak

Mobilitas warga di Indonesia sudah terbukti meningkatkan angka terinfeksi virus corona. Usai Lebaran 2020 dan 2021, serta libur akhir tahun 2020 dan 2021, kasus baru Covid-19 selalu melonjak.

Sebagai catatan terakhir, jumlah kasus harian Covid-19 pada Ramadhan 1442 Hijriah masih pada kisaran 5.000 sampai 6.000 kasus, namun empat minggu setelah Lebaran lonjakannya mulai terlihat di atas 8.000 kasus dengan rata-rata kasus harian dari tanggal 10 sampai 16 Juni 2021 sebesar 8.631 kasus.

Pada 16 Juni 2021, Satgas Penanganan Covid-19 menyatakan telah terjadi penambahan pasien positif Covid-19 sebanyak 9.944 orang atau mendekati 10.000 kasus. Jika dibanding rata-rata sepekan sebelum Lebaran yang hanya 5.000 kasus maka kenaikan kasus harian sudah mencapai 72 persen, sesuai dengan prediksi sebelumnya yaitu ada kenaikan antara 50-70 persen jumlah kasus harian sebulan setelah Lebaran.

Saat itu, dominasi masih varian Delta, sementara saat ini didominasi varian yang lebih menular yaitu Omicron. Jadi secara teori kemungkinan lonjakan infeksi pasti terjadi, walaupun gejala yang terjadi ringan seperti flu biasa.

Saat ini tingkat positif atau positivity rate nasional harian untuk spesimen adalah dua persen atau jauh di bawah angka positivity rate Ramadhan 2021 yang ada di kisaran 11 persen. Makin kecil angka ini artinya virus makin bisa dikendalikan penyebarannya. Standar WHO untuk angka ini adalah lima persen yang menandakan penyebarannya masih bisa dikendalikan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement