REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Perilaku virus corona sudah makin banyak diketahui para pakar virologi, termasuk mutasinya. Bahkan dari seorang yang terinfeksi beberapa varian virus itu dalam waktu bersamaan bisa memunculkan mutasi sehingga menghasilkan varian baru.
Saat ini sudah ada ratusan varian virus corona bermunculan, namun sebagian pula yang sudah punah sebagai seleksi alam. Yang menonjol dan dianggap harus diamati serius adalah turunan dari varian Delta dan Omicron.
Peneliti Global Health Security dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengemukakan masyarakat tidak perlu resah dengan kemunculan subvarian tersebut. Sebab mutasi virus merupakan hal yang lumrah terjadi saat virus bertahan hidup dari intervensi vaksinasi.
Varian apapun yang bisa leluasa menginfeksi manusia maka akan memicu varian baru. Thailand telah mengonfirmasi temuan varian baru Covid-19, yaitu Omicron XE, yang menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) rekombinan dari dua varian Omicron yang sudah ada, yaitu BA.1 dan BA.2.
Menurut WHO, kemampuan penularan Omicron XE sekitar 10 persen lebih tinggi daripada Omicron BA.2. Sejauh ini, menurut Kementerian Kesehatan, varian yang pertama kali ditemukan di Inggris ini belum ditemukan di Indonesia.
Sementara data WHO terbaru, selama sepekan terakhir, 18-24 April 2022, tercatat lebih dari 4,5 juta kasus baru dan 15.000 kematian dilaporkan. Walaupun angka itu menurun signifikan dibandingkan dengan minggu sebelumnya, jumlah kasusnya masih mencemaskan.
Oleh karena itu, kemunculan kembali virus yang lebih menular menjadi sangat mungkin terjadi.Apalagi di Asia Tenggara di mana WHO mencatat jumlah kematian mingguan justru meningkat 41 persen dibandingkan dengan minggu sebelumnya.Namun, dengan data pemerintah, di Asia Tenggara, hanya Indonesia yang menunjukkan kasus melandai dan angka kematian menurun.
Jaga imunitas
Jawaban atas berbagai kemungkinan itu adalah bagaimana meningkatkan imunitas manusia dan menjaga kedisiplinan masyarakat menerapkan protokol kesehatan dalam situasi apapun, termasuk saat mudik Lebaran.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kembali melakukan penelitian antibodi tubuh terhadap virus (sero survei) pada Maret 2022 yang menunjukkan bahwa antibodi masyarakat Indonesia meningkat menjadi 99,2 persen.
Selain itu, pada pengukuran titer antibodi, ternyata kandungan antibodiper orang juga meningkat artinya imunitas orang Indonesia juga makin naik terhadap serangan virus SARS-coV-2.
Pada sero survei bulan Desember 2021, angka titer antibodisekitar 500-600, namun pada Maret 2022 sudah di angka ribuan, sekitar 7.000-8.000. Salah satu faktor pendukung adalah makin banyakwarga Indonesia mendapat vaksin.
Data per 30 April 2022, sudah hampir 200 juta warga Indonesia mendapat vaksindosis pertama, tepatnya 199.346.528 orang, sedangkan dosis dua dan tiga (penguat) masing-masing 165.134.259 orang dan 39.555.232 orang.
Namun, dari capaian vaksinasi berdasarkan usia, justru angka vaksinasi penguatlansia yang masih rendah sehingga masih banyak potensi infeksi yang bisa menimpa kalangan lansia.
Untuk lansia yang sudah punya antibodi juga masih bisa terinfeksi dan berakibat fatal karena sebagian besar mempunyai kormobid, seperti darah tinggi dan diabetes.
Mobilitas
Saat ini, Indonesia tengah mempunyai hajat besar, mudik Lebaran, yang tidak kurang menurut versi pemerintah dilakukan 85,5 juta orang di Indonesia, artinya ada mobilitas yang luar biasa. Lonjakan arus mudik sejak H-4 sampai H-1, sungguh luar biasa khususnya dari warga Jabodetabek yang bergerak ke barat, ke Sumatera dan ke timur, ke arah Jateng dan Jatim.