Ahad 24 Apr 2022 17:35 WIB

Pakar: Publik Tunggu Solusi Capres Pulihkan Keuangan Negara

Program sejumlah tokoh yang digadang jadi capres baru sekadar persepsi.

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) berbincang dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menghadiri pelantikan wakil Gubernur DKI Jakarta di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/4/2020).
Foto: ANTARA FOTO
Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (kanan) berbincang dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat menghadiri pelantikan wakil Gubernur DKI Jakarta di Istana Negara, Jakarta, Rabu (15/4/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik Universitas Airlangga, Ramlan Surbakti mengatakan bahwa elektabilitas sosok potensial calon presiden belum mampu menarik perhatian masyarakat. Pasalnya, masih sedikit dari mereka yang membicarakan permasalahan yang tengah dihadapi Indonesia saat ini.

"Kita kan belum jelas programnya apa Prabowo, maunya Ganjar, semuanya masih persepsi. Harapan saya ketika ini masih panjang prosesnya, jadi kita harapkan calon-calon presiden ini bicara mengenai isu," ujar Ramlan dalam sebuah diskusi yang digelar oleh Populi Center, Ahad (24/4).

Baca Juga

Salah satu isu yang harus mampu dijawab oleh calon-calon presiden itu adalah terkait keuangan negara. Ia ingin mendengar solusi dari para capres tersebut dalam memulihkan keuangan negara untuk melaksanakan visi dan misinya di periode 2024-2029.

"Siapapun menjadi presiden di Indonesia akan sukar karena anggaran belanja negara sudah habis 20 persen untuk pendidikan, 80 juta orang miskin premi asuransi dibayarkan negara, subsidi BBM, kemudian dana itu sepertiga dari belanja negara," ujar Ramlan.

"Ini saya mau dengar itu dari Prabowo, dari Ganjar, atau dari Anies," sambungnya.

Di samping itu, ia ingin melihat peran lebih dari partai politik dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang tengah dihadapi Indonesia. Sebab ia berkaca pada pemilihan umum (Pemilu) 2019, partai-partai politik hanya berusaha memanfaatkan efek ekor jas atau coattail effect dari sosok yang dikenal publik, baik itu capres atau calon legislatif.

"Partai menurut saya sekarang ini, mau enaknya aja, serahkan saja ke calonnya, tidak mau cari duit. Jadi yang cari duit itu calon, menggunakannya juga calon," ujar Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) periode 2004-2007 itu.

Populi Center sendiri melakukan simulasi tertutup terhadap 10 sosok potensial dengan menanyakan kepada responden siapa paling diharapkan menjadi presiden untuk 2024. Nama Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seimbang berada di urutan teratas dengan 24,0 persen.

Selanjutnya adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (12,1 persen) dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (6,3 persen). Di bawahnya, ada Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (5,0 persen) dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (4,0 persen).

Di urutan ketujuh, ada nama Ketua DPR yang juga Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Puan Maharani dengan 2,4 persen. Kemudian Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa dengan 1,4 persen.

Dua nama terakhir adalah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dengan 1,3 persen. Lalu, Ketua Umum Partai Demokrat yang juga Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto sebesar 0,9 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement