Selasa 03 May 2022 21:16 WIB

Riset ECOTON Temukan Udara di Jatim Terpapar Mikroplastik

Manusia berpotensi menelan lima gram mikroplastik setiap pekannya.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Agus raharjo
Relawan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) memperlihatkan mikroplastik menggunakan mikroskop yang terhubung langsung dengan layar monitor pada karya instalasi gua plastik di Kelurahan Tempurejo, Kota Kediri, Jawa Timur, Sabtu (19/3/2022). Instalasi gua plastik yang terbuat dari 3.370 botol plastik bekas hasil pungutan dari sungai Brantas tersebut bertujuan mengampanyekan bahaya penggunaan plastik sekali pakai yang mengotori sungai-sungai Indonesia.
Foto:

Berdasarkan hasil riset, sumber pencemaran mikroplastik yang diidentifikasi berasal dari pengelolaan sampah plastik yang salah seperti dibakar di incenerator, tungku terbuka hingga di lahan terbuka. Selain itu, asap dari industri terutama industri daur ulang plastik turut andil memperparah banyaknya mikroplastik di udara. Selain itu, baju yang berbahan serat sintetis juga menjadi penyumbang mikroplastik bahkan di tempat umum sekalipun.

Adapun rata-rata mikroplastik yang terkandung di tempat publik sebanyak 14.04 partikel per 2 jam dan incenerator 10.5 partikel per 2 jam. Selanjutnya, di industri sekitar 225.33 partikel per 2 jam, tungku terbuka 12.5 partikel per 2 jam dan pembakaran terbuka 30 partikel per 2 jam.

Menurut Prigi, terdapat tiga jenis mikroplastik yang didapatkan dari hasil penelitian, yakni 76 persen fiber, 17 persen filamen, dan 7 persen fragmen. Fiber merupakan jenis paling dominan yang biasanya berasal dari serat baju. Bisa juga berasal dari pembakaran sampah medis seperti masker. Kemudian dapat pula dari pembakaran sampah kain, popok, dan pembalut.

Dengan adanya kondisi tersebut, maka mikroplastik yang tersebar di udara dapat terhirup dan masuk ke sistem pernafasan. "Seperti yang telah dilaporkan baru–baru ini, dimana mikroplastik teridentifikasi di 11 paru-paru manusia sebanyak 39 partikel," ucapnya.

Selain mikroplastik, zat-zat yang terkandung didalamnya akan terlepas ke lingkungan. Kemudian juga dapat berpotensi berpindah ke tubuh manusia juga dan berefek ke kesehatan.

Adapun zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan manusia antara lain BPA dan Phthalate. Zat ini berpotensi memicu kanker payudara, pubertas dini, diabetes, obesitas dan gangguan autisme. Kemudian senyawa pengganggu hormon yang bisa memicu gangguan kehamilan, gangguan tiroid, berat lahir kurang, asma, dan kanker prostat.

Selanjutnya, terdapat senyawa penghambat nyala memicu penurunan IQ, gangguan hormon dan penurunan kesuburan. Lalu senyawa perflourinasi mampu memicu kanker ginjal dan testis, menaikkan kolesterol, penurunan respon imun pada anak.

Untuk mengurangi adanya kontaminasi mikroplastik di udara, ECOTON mendesak pemerintah agar menerapkan kebijakan pengurangan penggunaaan plastik sekali pakai di wilayahnya. Kemudian pemerintah harus mengawasi industri pencemar mikroplastik dan tidak memperbanyak false solution technology seperti tungku terbuka di TPS. Pemerintah seharusnya lebih banyak untuk bisa membangun TPS3R dan tidak menggunakan incinerator.

Untuk industri, mereka diminta mengurangi produksi berbahan plastik. Lalu menggunakan filter membran pada corong asap untuk mengurangi kontaminasi partikel mikroplastik di udara.

Selanjutnya, masyarakat didorong mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Lalu lebih bijak memilih bahan yang ramah lingkungan seperti baju yang tidak berbahan serat sintetis. "Dan tidak membakar sampah plastik," tegas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement