REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Organisasi ECOTON pada Juli hingga September 2021 telah melakukan riset mengenai kandungan mikroplastik di udara wilayah Jawa Timur (Jatim). Riset ini terutama dilaksanakan di lima kabupaten/kota seperti Surabaya, Gresik, Mojokerto, Sidoarjo, dan Jombang.
Direktur ECOTON Progo Arisandi mengatakan, banyaknya sampah plastik memberikan tekanan pada kesehatan lingkungan. Hal ini terutama bisa menghadirkan remahan plastik yang dinamakan mikroplastik. "Mikroplastik merupakan partikel plastik yang berukuran 100 nanometer (nm) sampai dengan 5 milimeter (mm)," kata Prigi kepada Republika.co.id, beberapa waktu lalu.
Menurut Prigi, kontaminasi mikroplastik telah menjadi tantangan global termasuk di Indonesia. Situasi ini bisa terjadi sebagai akibat dari pengelolaan sampah plastik yang tidak tepat. Kemudian juga karena adanya peningkatan jumlah sampah plastik yang terus meningkat.
Di samping itu, manusia juga berpotensi menelan lima gram mikroplastik setiap pekannya. Salah satu jalur masuk mikroplastik ke tubuh manusia adalah melalui udara.
Prigi menjelaskan, daur hidup (lifecycle) mikroplastik di udara biasanya berasal dari sumber-sumbernya akan masuk dan terus tetap dalam siklus hidrologi. Bahkan, ini bisa memindahkan mikroplastik melalui awan sehingga diturunkan lewat hujan ke wilayah yang belum terjamah oleh aktivitas manusia sekalipun. "Seperti pada studi terkini menemukan keberadaan mikroplastik pada wilayah antartika sebanyak 22 partikel/L," jelasnya.
Adapun mengenai studi ECOTON di Surabaya, Prigi dan tim menemukan rata-rata kandungan mikroplastik di daerah tersebut sebanyak 13.86 partikel per 2 jam. Kemudian di Gresik 26.21 partikel per 2 jam dan Mojokerto 11.45 partikel per 2 jam. Lalu untuk rata-rata kandungan mikroplastik di Sidoarjo sebesar 218 partikel per 2 jam dan Jombang 16 partikel per 2 jam.