REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Nelayan tangkap di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, mengharapkan agar tidak ada kebijakan dari pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang merupakan kebutuhan utama bahan bakar kapal nelayan untuk melaut.
"Nelayan berharap harga solar tetap stabil seperti saat ini, meski Pertamax sudah naik. Karena kalau solar naik pasti nelayan akan kesulitan untuk melaut," kata Kepala Bidang Komunikasi dan Informasi Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Kupang, Abdul Wahab Sidin, ketika dihubungi di Kupang, Rabu (6/4/2022), terkait harapan nelayan di daerah itu setelah adanya kenaikan harga BBM jenis Pertamax.
Abdul Wahab Sidin menjelaskan saat ini harga solar di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerah sebesar Rp 5.150 per liter. Para nelayan setempat umumnya membeli lewat penyalur yang mengantar langsung ke kapal dengan harga Rp 6.000 per liter.
Harga yang ada, kata dia, cukup terjangkau bagi nelayan sehingga saat ini aktivitas menangkap ikan masih berjalan lancar.
Namun jika ke depan harga solar mengalami kenaikan, lanjutnya, maka akan sangat menyulitkan para nelayan dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar untuk kapal.
"Kapal-kapal pole and line yang spesialis menangkap ikan cakalang, ikan tuna, itu mengandalkan BBM solar sehingga jika harganya naik maka sangat terasa," kata Wahab Sidin yang juga nelayan yang berbasis di Pelabuhan Perikanan Tenau Kupang itu.
Ia mengatakan selain itu jika harga solar naik maka juga akan berdampak pada kenaikan harga ikan di pasar. Sebab nelayan akan menaikkan harga jual ikan disesuaikan dengan pengeluaran untuk kebutuhan operasional.
Sementara itu, seorang nelayan sekaligus nakhoda kapal pole and line Muhammad Nasir mengatakan harga solar saat ini masih stabil sehingga kapalnya tetap melaut dengan lancar. "Kami berharap harga solar tetap stabil sehingga aktivitas menangkap ikan di laut tetap berjalan sehingga pasokan kebutuhan untuk masyarakat tetap terpenuhi," kata Muhammad Nasir.